Los Angeles (ANTARA) - Yahoo News pada Rabu (17/5) melaporkan bahwa ketika penembakan massal meningkat di Amerika Serikat (AS), negara-negara lain menyoroti bahaya kekerasan senjata bagi para calon pelancong atau wisatawan.

Laporan itu menyebutkan setidaknya tujuh negara mengeluarkan peringatan kepada warganya yang berniat bepergian ke AS, dengan mengutip masalah keamanan serius dalam beberapa tahun terakhir. Ketujuh negara itu adalah Selandia Baru, Kanada, Australia, Inggris, Prancis, Venezuela, dan Uruguay.

Ketujuh negara itu masing-masing mendesak tindakan pencegahan bagi para pelancong ketika mengunjungi AS, sebagian besar karena faktor kekerasan senjata.

Laporan itu mengutip data Gun Violence Archive, sebuah organisasi nonprofit yang melacak kekerasan senjata di AS, bahwa telah terjadi lebih dari 200 penembakan massal di negara itu sepanjang tahun 2023.

Setiap tahunnya dalam tiga tahun terakhir, tercatat lebih dari 600 penembakan massal terjadi di AS, atau sekitar dua insiden per hari.

Menurut laporan itu, ancaman kekerasan senjata sehubungan dengan kurangnya keamanan yang dirasakan di AS semakin dilihat sebagai masalah keamanan oleh warga negara AS sendiri maupun para calon turis.

Meski kemungkinan seorang turis di AS menjadi korban kekerasan senjata tetap rendah, namun para ahli mengatakan bahwa "persepsi adalah kenyataan".

"Jika orang-orang menganggap mereka tidak aman di AS, mereka tidak akan berkunjung," ujar Simon Hudson, seorang profesor pariwisata di University of South Carolina, seperti dikutip oleh laporan tersebut.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa Indeks Kedamaian Global (Global Peace Index) 2022, yang mengukur kedamaian negara-negara dan terdiri dari 23 indikator kuantitatif maupun kualitatif, menempatkan AS di peringkat ke-129 dari 163 negara.