Jakarta (ANTARA) - Dekan Sekolah STEM Universitas Prasetiya Mulya Stevanus Wisnu Wijaya memandang bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) perlu dilihat sebagai kesempatan untuk mendukung proses pendidikan.

Kehadiran kecerdasan buatan menimbulkan kekhawatiran di bidang pendidikan yang dinilai akan menggantikan peran guru atau dosen. Akan tetapi, kata Stevanus, kekhawatiran tersebut dapat disikapi secara positif.

"Kehadiran AI jangan dilihat sebagai sebuah ancaman, justru sebagai sebuah kesempatan untuk mendukung proses pendidikan," kata Stevanus dalam siaran pers yang diterima di Jakarta pada Jumat.

Baca juga: Pakar sebut masyarakat perlu beradaptasi dengan perkembangan AI

Menurut dia, kecerdasan buatan memiliki manfaat sebagai sumber pengetahuan untuk membangun inovasi baru. Stevanus menekankan bahwa kecerdasan buatan bisa menghadirkan pengalaman belajar yang lebih baik dan menarik bagi siswa apabila dimanfaatkan dengan baik.

Dengan pemanfaatan tersebut, diharapkan para siswa akan terdorong untuk menjadi lebih kreatif. Pada akhirnya, siswa juga diharapkan dapat turut berperan dalam perkembangan teknologi dengan menjadi co-creator dan inovator teknologi-teknologi baru.

Stevanus menambahkan bahwa kecerdasan buatan juga sangat potensial dimanfaatkan sebagai alat untuk menganalisis data yang bermanfaat bagi guru seperti membuat pemetaan minat dan bakat para siswa hingga merancang model pembelajaran.

"Kehadiran AI akan mendorong banyak inovasi di bidang pendidikan," ujar dia.

Survei Pusat Studi Kebangsaaan Indonesia Universitas Prasetiya Mulya terhadap 1.600 mahasiswa dari seluruh Indonesia menunjukkan bahwa mayoritas dari responden belajar melalui internet dan media sosial. Sementara sisanya, sebanyak 26 persen menjawab belajar dari kelas dan 16 persen lainnya belajar dari buku.

Terkait hal itu, Dekan Sekolah Hukum dan Studi Internasional Universitas Prasetiya Mulya Noer Hassan Wirajuda mengingatkan agar para pendidik peka dalam melihat tren dalam proses pembelajaran. Survei tersebut, imbuh dia, memperlihatkan tren baru yang bisa menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pendidik.

"Guru perlu mengembangkan metode baru dalam pembelajaran yang lebih interaktif, tanpa mengurangi kualitas muatan ilmu yang disampaikan," kata dia.

Hassan juga mengingatkan agar para pendidik, guru maupun dosen, harus siap menghadapi perubahan dan menangkap keinginan para anak didiknya. Menurut hasil survei, anak didik menginginkan proses pembelajaran yang lebih interaktif.

Hassan pun mencontohkan, para pendidik dapat memanfaatkan media sosial, kecerdasan buatan, hingga teknologi metamesta (metaverse) untuk memberikan materi pendidikan secara multimedia. Dengan begitu, proses belajar para siswa menjadi lebih menarik.

Baca juga: Meta akan fokus di tiga area prioritas pada 2023

Baca juga: ChatGPT mampu menjawab soal-soal pada ujian radiologi

Baca juga: TAR picu penyakit perokok hingga RI-Korsel kerja sama E-Mobility