Singapura (ANTARA) - Harga minyak sedikit melemah di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, tertekan kekhawatiran atas pasokan yang berlimpah setelah persediaan AS melonjak, menyusul kenaikan hampir tiga persen selama sesi sebelumnya di tengah optimisme pembicaraan batas utang pemerintah di Amerika Serikat.

Minyak mentah berjangka Brent menyusut 24 sen menjadi diperdagangkan pada 76,72 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 21 sen menjadi diperdagangkan pada 72,62 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan naik hampir tiga persen pada perdagangan Rabu (17/5/2023) didorong optimisme atas permintaan minyak dan negosiasi plafon utang AS.

Membebani harga, persediaan minyak AS melonjak secara tak terduga minggu lalu karena rilis lain dari Cadangan Minyak Strategis. Persediaan minyak mentah AS naik 5 juta barel dalam seminggu hingga 12 Mei menjadi 467,6 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 900.000 barel.

Baca juga: Harga minyak naik didukung optimisme atas pembicaraan plafon utang AS

Namun, persediaan bensin AS turun karena permintaan melonjak ke tingkat tertinggi sejak 2021.

Investor mengamati perkembangan seputar negosiasi plafon utang AS.

Sementara itu, Presiden Joe Biden dan anggota kongres utama AS dari Partai Republik Kevin McCarthy pada Rabu (17/5/2023) menggarisbawahi tekad mereka untuk segera mencapai kesepakatan guna menaikkan pagu utang pemerintah federal sebesar 31,4 triliun dolar AS dan menghindari gagal bayar.

Setelah kebuntuan selama berbulan-bulan, presiden dari Partai Demokrat dan ketua DPR pada Selasa (16/5/2023) setuju untuk bernegosiasi secara langsung.

Kesepakatan perlu dicapai dan disahkan oleh kedua kamar Kongres sebelum pemerintah federal kehabisan uang untuk membayar tagihannya paling cepat 1 Juni 2023.

Baca juga: Minyak turun di Asia, kenaikan stok AS picu kekhawatiran permintaan

Baca juga: Minyak turun di Asia tertekan kenaikan tak terduga persediaan AS