Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono memaparkan pentingnya kerja antara Indonesia dan Cina di Jalur Sutra baru dalam merajut kerja sama yang lebih komprehensif antarnegara-negara internasional.

"Program pengembangan ketersambungan darat dan laut atau dikenal dengan Jalur Sutra baru adalah bentuk nyata dari Cina dalam merajut kerja sama yang lebih komprehensif," kata Dave Laksono sapaan akrab Dave Akbarshah Fikarno Laksono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Hal itu disampaikan Dave Laksono saat menjadi pembicara di 2023 Belt and Road Forum for Interconnected Land-Sea Development di Chongqing - Liangjiang, Cina, Rabu.

Menurut dia, forum tersebut sangat berharga serta bermanfaat bagi hubungan diplomasi dan kerja sama antara Indonesia dan Cina.

Dia menjelaskan negara-negara ASEAN memegang posisi penting dalam Jalur Sutra Maritim, khususnya Indonesia yang dipilih sebagai tempat pertama untuk mengoperasikan Jalur Sutra Maritim pada Abad XXI.

"Keadaan ini juga bertepatan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Visi Indonesia menjadi poros maritim dunia bersinergi dengan ide one belt one road (Obor) yang diprakarsai Cina," katanya

Menurut dia, program jalur sutera baru di ASEAN dirancang sejalan dengan visi konektivitas ASEAN 2025 yang meliputi keterhubungan darat serta laut dengan Vietnam, Laos, Thailand, Kamboja, Myanmar, Malaysia, Singapura dan Indonesia.

Oleh sebab itu, kata dia, Indonesia sebagai pemimpin di Asia Tenggara akan siap menguatkan koordinasi intra ASEAN demi mempercepat pertumbuhan ekonomi yang merata, sehingga dapat menyelaraskan keterhubungan ASEAN dengan Jalur Sutra baru.

Ketua DPP Partai Golkar itu mengungkapkan salah satu faktor kunci yang mendorong kesuksesan ekonomi ASEAN adalah adaptasi digitalisasi, dan ASEAN telah memiliki potensi transformasi digital dalam membuka jalan baru pertumbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi, dan mendorong inovasi.

Di sisi lain, Dave Laksono mengatakan ASEAN dihadapkan tantangan yang cukup sulit, antara lain karena perbedaan pendapat internal akibat ketidakselarasan kebijakan pembangunan antaranggota serta ketimpangan ekonomi antara anggota bagian utara dan selatan.

“Seperti Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam memerlukan bantuan perbaikan prasarana agar menarik investor asing, sehingga dapat mengejar ketinggalan dari anggota ASEAN lainnya,” ujarnya.

Indonesia sebagai pemimpin di Asia Tenggara, kata dia, akan selalu siap untuk meningkatkan koordinasi intra ASEAN secara berkesinambungan demi mempercepat pertumbuhan ekonomi yang merata antara sesama negara anggota, dengan demikian dapat menyelaraskan keterhubungan ASEAN dengan Jalur Sutra baru.