“Perpusnas telah melakukan langkah-langkah inovasi yang relevan, bukan hanya mengumpulkan dan menginventarisasi, tetapi sudah fokus pada transfer ilmu, melalui kerja sama dengan sivitas akademika, khususnya perguruan tinggi di daerah,” kata Syarif pada diskusi yang diikuti secara daring dalam peringatan Hari Buku Nasional dan 43 tahun Perpusnas RI di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Kepala Perpusnas: Literasi harus dorong Indonesia jadi negara produsen
Menurutnya, itulah koreksi paling fundamental dari filosofi pendidikan yang diinisiasi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Filosofi pendidikan kita tidak boleh hanya didefinisikan kemampuan guru atau dosen mengajarkan apa kepada mahasiswanya, tetapi bagaimana memberikan pengetahuan dan pembelajaran terhadap apa yang diinginkan, memilih bidang yang mereka sukai, untuk menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat,” katanya.
Ia mengatakan saat ini perkembangan literasi masyarakat Indonesia masih berada pada kelompok kedua.
“Mayoritas masyarakat Indonesia belum memanfaatkan kecakapan (membaca) itu sebagai kebiasaan untuk menambah pengetahuan, padahal ada lima tahap yang harus ditempuh, dan harusnya kita sudah bisa di tahap kelima, yakni memanfaatkan literasi untuk memproduksi barang dan jasa,” tuturnya.
Adapun lima tahapan tersebut, pertama, baca, tulis, hitung, dan pembentukan karakter. Kedua, akses bahan bacaan terjangkau yang akurat, terkini, terlengkap, dan terpercaya. Pada tahapan ini, Indonesia masih dikategorikan pada tahap rendah.
Baca juga: Perpusnas tingkatkan literasi lewat Transformasi Perpustakaan Inklusi
Baca juga: Perpusnas sebut 15 juta buku digital solusi ketimpangan jumlah buku
“Padahal, ada arahan Presiden tentang pentingnya transformasi Perpustakaan untuk mempercepat terwujudnya SDM Unggul, yang tiga diantaranya adalah peningkatan inovasi dan kreativitas, kemampuan menciptakan lapangan kerja, dan kemampuan menyerap tenaga kerja, serta mengurangi pengangguran,” paparnya.
Untuk itu, dia mengajak Pustakawan dan seluruh jajaran atau sivitas akademika di perguruan tinggi untuk memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat mentransfer ilmu, sehingga dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas untuk mendidik mahasiswa yang sudah lulus agar bisa menciptakan lapangan kerja.