London (ANTARA News) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda mengimbau agar pemerintah Indonesia dan juga masyarakat Indonesia baik yang di Belanda maupun di tanah air memberi perhatian terkait dengan ditutupnya Museum Nusantara di kota Delft, Belanda karena masalah ketiadaan dana.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, demikian Ketua Bidang Kajian Strategis dan Keilmuan PPI Belanda, Muhammad Rihan Handaulah kepada ANTARA London, Senin.

Dikatakannya pengetahuan akan sejarah menentukan seberapa baik masyarakat mengenal dan menghargai bangsanya. Semua negara maju memiliki perhatian besar terhadap keberadaan museum yang mendokumentasikan dengan baik perjalanan bangsanya, ujarnya.

Indonesia relatif tertinggal dari negara-negara maju dalam hal mengelola museum dengan baik dan menarik agar masyarakat menjadikan museum sebagai tempat kunjungan favorit.

Menurut Muhammad Rihan Handaulah, Museum di Belanda tidak hanya menyimpan sejarahnya sendiri melainkan juga sejarah dan budaya Indonesia yang memiliki keterkaitan masa lalu yang panjang. Keberadaan museum di Belanda yang mendokumentasikan perjalanan bangsa Indonesia, di kota Delft telah ditutup.

Museum Nusantara berdiri sejak lebih seratus tahun yang lalu merupakan satu-satunya museum di luar Indonesia yang hanya menampilkan benda benda bersejarah dari berbagai kepulauan di Indonesia .

Di Musueum terdapat banyak koleksi berbagai macam keris, wayang kulit, kepala perahu Jawa, juga seperangkat wayang kulit dengan lakon Willem van Oranje karya Ki Ledjar yang dibuat atas permintaan khusus museum Nusantara. Sejak tanggal 6 Januari Museum Nusantara sudah tidak lagi beroperasi dengan adanya pemotongan subsidi dari pemerintah.

Adanya krisis yang menghambat perekonomian Eropa memaksa Belanda melakukan penghematan besar-besaran. Salah satu sasaran pemotongan anggaran ini adalah subsidi untuk museum-museum. PPI Belanda mempertanyakan akan dikemakan sebanyak 30,000-an artefak yang ada di musueum Nusantara.

Pemerintah kota Delft masih menimbang beberapa opsi di antaranya adalah menggabungkan sebagian barang-barang eksebisinya ke Museum Prisenhoff (museum kota Delft) dan pengelolaan oleh warga secara swadaya. Bagaimanapun niat baik dari pemerintah kota Delft untuk menjaga barang-barang berharga tersebut, sudah selayaknya menjadi perhatian dan mengawal tindak lanjut dari penutupan museum tersebut.

Seharusnya pemerintah Indonesia mengusahakan agar barang-barang museum ini dipindahtangankan ke tanah air. Jangan sampai barang-barang yang mempunyai nilai sejarah dan budaya yang tinggi ini dijual ke individu-individu sebagai komoditi seni belaka atau disimpan tanpa perawatan yang layak.

PPI Belanda menyampaikan penutupan Museum Nusantara di kota Delft agar menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat Indonesia di Belanda khususnya, dan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya. (ZG)