Jakarta (ANTARA News) - Tempat pengungsian banjir Gelanggang Olah Raga (GOR) Otista, Jatinegara, akan beroperasi sampai status tanggap darurat banjir selesai pada 27 Januari 2013, kendati banjir sudah menyurut dimana-mana.

795 orang, warga kelurahan Bidara Cina dan Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur, mengungsi di sini.

Menurut Wakil Camat Jatinegara Manson sebagian pengungsi sudah pulang ke rumah dan sebagian lagi masih bertahan.

"Kami akan bertahan hingga status tanggap darurat selesai pada 27 Januari," kata Wakil Camat Jatinegara Manson kepada ANTARA News di Jakarta, Senin.

Manson mengaku telah menyiapkan segala kebutuhan logistik pengungsi, termasuk pakaian dan obat-obatan, yang asalnya dari bantuan pemerintah, swasta dan pribadi, kecuali obat-obatan dan tenaga medis dari Dinas Kesehatan DKI.

Tempat pengungsian Otitas dilengkapi dapur mum dan puluhan kamar mandi permanen dan sementara.

"Saya sudah delapan hari di sini. Pagi, siang, sore dan malam untuk menjaga dan melayani kebutuhan pengungsi," kata Manson.

GOR Otista adalah salah satu dari 21 tempat penampungan di Jatinegara, Jakarta Timur. Pengungsi menempati satu aula besar yang jika tidak cukup menampung pengungsi akan ditambah dua aula besar lainnya.

Sebagian pengungsi sudah hengkang, termasuk Jefri yang akan meninggalkan tempat pengungsian itu begitu PLN menghidupkan lagi aliran listrik di Bidara Cina.

Tapi Jefri selalu pulang ke rumah setiap hari sekali demi memeriksa harta bendanya.

"Tidur pasti di sini ama anak-anak, tiap hari pulang ngecek barang-barang," kata tukang ojek ini.

Sedangkan Wasiah (45) lebih memilih tinggal di pengungsian karena rumahnya dipenuhi lumpur akibat rendaman banjir.

"Saya mendingan di sini dulu, nunggu semuanya aman. Daripada, balik ke rumah dan tiba-tiba hujan dan banjir lagi. Kasihan si kecil," kata nenek kelahiran Tegal menunjuk cucunya Ani (9 bulan) yang tengah digendobnya.

Baik Jefri maupun Wasiah salut pada Pemerintah DKI yang tanggap menyelamatkan pengungsi dan menyediakan segala kebutuhan logistik dan obat-obatan di tempat pengungsian.

"Kemarin pas banjir besar, mas-mas yang pakai baju oranye (BNPB) langsung menaikan saya ke perahu karet," kata Wasiah.
(adm)