Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Lenny N. Rosalin memandang bahwa pemanfaatan teknologi oleh perempuan dapat menjadi salah satu solusi untuk memperkecil kesenjangan gender (gender gap) di sektor ekonomi.

Apabila kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para perempuan Indonesia, Lenny menilai hal ini akan membuahkan nilai tambah dan produktivitas ekonomi baik peningkatan pendapatan maupun penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat.

"Teknologi menjadi salah satu solusi karena dengan teknologi bisa memberikan nilai tambah dan teknologi itu ada dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif, jadi agar bisa memberikan nilai tambah," kata Lenny saat menghadiri acara puncak Kartini Digital di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Menteri Bintang dorong perempuan berdaya dan berjaya di dunia digital

Hal tersebut disampaikan Lenny merujuk pada laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) dalam Global Gender Gap Index yang dirilis pada 2022. Laporan memprediksi bahwa dibutuhkan waktu selama 132 tahun untuk menutup kesenjangan gender. Namun khusus sektor ekonomi, diprediksi membutuhkan sekitar 151 tahun untuk menutup kesenjangan tersebut.

"Kalau kita nggak do something, kita nggak punya effort yang luar biasa, dan 151 tahun (baru bisa menutup kesenjangan gender di sektor ekonomi). Jadi, teknologi menjadi salah satu solusi," kata dia.

Lenny mengingatkan bahwa pemerintah Indonesia telah mencanangkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif Perempuan (SNKI Perempuan). Menurut dia, strategi ini dapat membantu Indonesia untuk menutup kesenjangan gender di sektor ekonomi.

Sebagai informasi, SNKI Perempuan telah diluncurkan pada 2020 di mana Asian Development Bank mengakui strategi tersebut sebagai yang pertama dan satu-satunya di dunia.

"Jadi satu-satunya di dunia yang punya Strategi Nasional Keuangan Inklusif Perempuan karena kita tidak mau 151 tahun (untuk menutup kesenjangan gender di ekonomi), kita ingin cepat," ujar Lenny.

Terkait upaya mendukung penutupan kesenjangan gender secara lebih luas, Lenny juga mengingatkan bahwa Presiden Joko Widodo telah bergabung dalam gerakan solidaritas HeForShe Impact Champion yang digagas oleh UN Women sejak 2016.

Melalui gerakan tersebut, imbuh dia, berbagai negara bekerja sama untuk menutup kesenjangan gender dalam berbagai bidang baik terkait dengan bidang teknologi, pendidikan, maupun kesehatan dan bidang lainnya dengan menekankan dukungan yang diberikan laki-laki kepada perempuan.

"Kalau bapak Presiden kita ini sudah champion, masa kita enggak. Jadi sejak tahun 2016. Ini gerakan solidaritas, hanya 10 kepala negara di seluruh dunia, salah satunya adalah kepala negara kita," pungkas Lenny.

Baca juga: Menkeu: Kesetaraan gender dapat tingkatkan kesejahteraan masyarakat

Baca juga: Kesenjangan keterampilan masih terjadi di Indonesia

Baca juga: ILO, UN Women dorong kesetaraan upah di Indonesia