London (ANTARA) - Topan Mocha yang melanda pada akhir pekan telah menewaskan banyak Muslim Rohingya di Myanmar, menurut para warga, organisasi pemberi bantuan dan sebuah kanal media pada Selasa.

Negara Bagian Rakhine di Myanmar menjadi titik dengan kerusakan terberat akibat badai tropis tersebut yang terjadi pada Minggu (14/5). Badai dengan kecepatan angin mencapai 210 kilometer per jam itu telah merusak atap-atap rumah.

Organisasi pemberi bantuan non-pemerintah, Partners, mengutip sumber di lapangan, mengatakan di Twitter bahwa ada banyak orang yang tewas dan luka-luka.

Reuters tidak dapat memverifikasi jumlah korban akibat badai tersebut. Namun, media pemerintah Myanmar pada Senin melaporkan ada sebanyak tiga orang tewas.

“Kami meningkatkan upaya responsif kami untuk memberikan pasokan bantuan penting seperti beras dan terpal kepada komunitas Rohingya yang terkena dampak Topan Mocha semampu kami,” kata Partners dalam unggahannya di Twitter.
Baca juga: Pengungsi Rohingya tak mau kembali karena takut disekap di Myanmar

Wilayah Myanmar barat adalah rumah bagi ratusan ribu Rohingya, salah satu kaum minoritas teraniaya yang ditolak dan tidak diakui sebagai warga negara oleh pemerintah Myanmar.

Lebih dari satu juta orang tinggal di kamp-kamp seadanya di negara tetangga Bangladesh, setelah melarikan diri dari penindasan oleh militer dalam beberapa tahun terakhir.

Portal berita Myanmar Now mengatakan ada sebanyak 22 Rohingya yang tewas akibat badai tersebut, mengutip para warga.

Media pemerintah Myanmar pada Selasa tidak menyebutkan jumlah korban, tetapi mengatakan pemimpin junta Min Aung Hlaing telah mengunjungi Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine, untuk menaksir kerusakan, menyalurkan uang dan memberikan instruksi tanggapan.
Baca juga: Rohingya tolak permukiman yang dibangun junta Myanmar di Rakhine

Sebelum badai melanda pada Minggu, sekitar 400.000 orang di Myanmar dan Bangladesh telah dievakuasi.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan sekitar 6 juta orang di kawasan itu membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum badai terjadi, termasuk di antaranya 1,2 juta orang yang terlantar akibat konflik etnis.

Seorang warga di daerah itu, yang menolak disebutkan identitasnya karena khawatir akan keselamatannya, mengatakan kepada Reuters bahwa lebih dari 100 orang Rohingya tewas, berdasarkan kalkulasi dari beberapa desa yang telah dia kunjungi setelah badai terjadi.

"Ada juga begitu banyak orang yang hilang akibat badai. Kami tidak menerima bantuan apa pun sejauh ini," katanya.

Topan Mocha menjadi salah satu badai terhebat yang pernah terjadi sejak Topan Nargis melanda bagian selatan Myanmar pada 2008 silam yang menewaskan hampir 140.000 orang.

Sumber: Reuters

Baca juga: Tim Rohingya kunjungi Myanmar untuk kemungkinan repatriasi