Langkah selanjutnya, Syahril mengatakan dengan pemberian HB0 (vaksin hepatitis B) dalam waktu kurang dari 24 jam untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi; Pemeriksaan pada ibu hamil, ANC (antenatal care), dan pemantauan bayi.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pemberian HBlg (obat memperkuat kekebalan tubuh untuk melawan virus hepatitis B) pada bayi lahir dari ibu reaktif dan pemberian Tenofovir pada ibu hamil dengan beban virus tinggi.
"Pemberian imunisasi hepatitis B (tiga dosis) dan pemberian HB0 kurang dari 24 jam sudah menjadi program wajib imunisasi dasar secara nasional," ujarnya.
Syahril juga mengatakan pengobatan hepatitis B juga diberikan kepada pasien selain ibu hamil dan bayi yang baru lahir dengan melakukan skrining terlebih dahulu.
Baca juga: Kemenkes ajak masyarakat cegah penularan hepatitis B terutama ke anak
"Apabila hasilnya reaktif selanjutnya diperiksa HCV RNA (pemeriksaan untuk mengetahui adanya virus hepatitis dan jumlahnya di dalam tubuh seseorang) dan apabila hasilnya reaktif, maka dilakukan pengobatan DAA (obat oral hepatitis dengan lama delapan hingga 12 minggu)," jelasnya.
Syahril mengatakan memutus atau mencegah sedini mungkin penularan hepatitis menjadi prioritas pemerintah saat ini dimana pada hepatitis B, dilakukan deteksi dini kepada minimal 80 persen ibu hamil dengan pemeriksaan terintegrasi dengan HIV dan sifilis yang bertujuan untuk memutus atau mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak.
Kemenkes mengimbau kepada seluruh masyarakat khususnya ibu hamil agar memeriksakan dirinya ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) terkait ketiga penyakit tersebut untuk tidak memperburuk keadaan serta mencegah penularan penyakit tersebut.
Baca juga: Dokter paparkan bahaya penyakit sirosis hati
Baca juga: Praktisi Kesehatan: Konsumsi alkohol sebabkan penyakit sirosis hati