Presiden: Afrika Selatan tidak memihak dalam konflik Rusia-Ukraina
16 Mei 2023 16:28 WIB
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa tiba di bandara Stansted, di Stansted, Inggris, Senin (21/11/2022). Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa merupakan kunjungan kenegaraan kepala negara pertama pada masa pemerintahan Raja Charles III. ANTARA FOTO/Reuters-Henry Nicholls/hp.
Johannesburg (ANTARA) - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menegaskan kembali posisi nonblok negaranya atas perang Rusia-Ukraina, dan tidak akan bisa dipaksa untuk mengubah pendiriannya.
“Dengan pecahnya konflik Rusia-Ukraina, telah terjadi tekanan luar biasa terhadap Afrika Selatan untuk meninggalkan posisi nonbloknya, dan memihak dalam apa yang pada dasarnya merupakan kontes antara Rusia dan Barat," tulus Ramaphosa dalam buletin mingguannya, Senin.
Dia mengatakan bahwa negara lain di benua Afrika dan di tempat lain juga berada di bawah tekanan yang sama.
Pernyataan Ramaphosa disampaikan menyusul tudingan Duta Besar AS untuk Afrika Selatan Reuben Brigety bahwa Afrika Selatan telah memasok senjata ke tentara Rusia, meskipun negara itu menyatakan sikap netral atas konflik tersebut.
Brigety mengklaim bahwa kapal kargo Rusia, Lady R, yang berlabuh di pangkalan angkatan laut Simon's Town dekat Cape Town antara 6 dan 8 Desember 2022 telah memuat senjata dan amunisi saat kembali ke Rusia.
Karena tidak ada bukti nyata untuk mendukung tuduhan tersebut, Ramaphosa mengatakan bahwa pemerintah membentuk penyelidikan independen yang dipimpin oleh pensiunan hakim untuk menentukan fakta.
Mengenai konflik yang sedang berlangsung, pemimpin Afrika Selatan itu mendorong masyarakat internasional untuk bekerja sama guna mencapai penghentian permusuhan dan untuk mencegah hilangnya lebih banyak nyawa serta memicu pengungsi Ukraina.
“Perlu mendukung dialog yang bermakna menuju perdamaian abadi yang menjamin keamanan dan stabilitas semua bangsa,” tulis Ramaphosa.
Ramaphosa mengatakan konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan yang mendasarinya tidak bisa diselesaikan melalui cara-cara militer tetapi perlu diselesaikan secara politis.
“Afrika Selatan percaya bahwa konflik ini harus diselesaikan melalui dialog,” kata dia.
Ia pun menegaskan bahwa negaranya bertekad mempertahankan posisinya dalam penyelesaian konflik secara damai.
“Dipandu oleh sejarah kami, kami akan terus menolak seruan, dari pihak mana pun, untuk meninggalkan kebijakan luar negeri independen dan nonblok kami,” tutur Ramaphosa.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Dubes AS minta maaf karena tuduh Afsel kirim senjata ke Rusia
Baca juga: Kanselir Jerman: Sejumlah negara soroti standar ganda Barat
Baca juga: Rusia akui tembak jatuh rudal Storm Shadow
“Dengan pecahnya konflik Rusia-Ukraina, telah terjadi tekanan luar biasa terhadap Afrika Selatan untuk meninggalkan posisi nonbloknya, dan memihak dalam apa yang pada dasarnya merupakan kontes antara Rusia dan Barat," tulus Ramaphosa dalam buletin mingguannya, Senin.
Dia mengatakan bahwa negara lain di benua Afrika dan di tempat lain juga berada di bawah tekanan yang sama.
Pernyataan Ramaphosa disampaikan menyusul tudingan Duta Besar AS untuk Afrika Selatan Reuben Brigety bahwa Afrika Selatan telah memasok senjata ke tentara Rusia, meskipun negara itu menyatakan sikap netral atas konflik tersebut.
Brigety mengklaim bahwa kapal kargo Rusia, Lady R, yang berlabuh di pangkalan angkatan laut Simon's Town dekat Cape Town antara 6 dan 8 Desember 2022 telah memuat senjata dan amunisi saat kembali ke Rusia.
Karena tidak ada bukti nyata untuk mendukung tuduhan tersebut, Ramaphosa mengatakan bahwa pemerintah membentuk penyelidikan independen yang dipimpin oleh pensiunan hakim untuk menentukan fakta.
Mengenai konflik yang sedang berlangsung, pemimpin Afrika Selatan itu mendorong masyarakat internasional untuk bekerja sama guna mencapai penghentian permusuhan dan untuk mencegah hilangnya lebih banyak nyawa serta memicu pengungsi Ukraina.
“Perlu mendukung dialog yang bermakna menuju perdamaian abadi yang menjamin keamanan dan stabilitas semua bangsa,” tulis Ramaphosa.
Ramaphosa mengatakan konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan yang mendasarinya tidak bisa diselesaikan melalui cara-cara militer tetapi perlu diselesaikan secara politis.
“Afrika Selatan percaya bahwa konflik ini harus diselesaikan melalui dialog,” kata dia.
Ia pun menegaskan bahwa negaranya bertekad mempertahankan posisinya dalam penyelesaian konflik secara damai.
“Dipandu oleh sejarah kami, kami akan terus menolak seruan, dari pihak mana pun, untuk meninggalkan kebijakan luar negeri independen dan nonblok kami,” tutur Ramaphosa.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Dubes AS minta maaf karena tuduh Afsel kirim senjata ke Rusia
Baca juga: Kanselir Jerman: Sejumlah negara soroti standar ganda Barat
Baca juga: Rusia akui tembak jatuh rudal Storm Shadow
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2023
Tags: