Dolar tertekan risiko gagal bayar AS, Aussie, yuan terseret data China
16 Mei 2023 14:30 WIB
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Senin (16/12). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada level Rp12.120/USD seiring tergerusnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir sesi I perdagangan, namun masih terdepresiasi dibanding penutupan Jumat (13/12) pada level Rp12.106 per dolar AS. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ss/ama.
Tokyo (ANTARA) - Dolar AS masih di bawah tekanan di perdagangan Asia pada Selasa sore, terbebani oleh risiko gagal bayar AS karena kebuntuan antara Demokrat dan Republik atas kenaikan plafon utang menunjukkan sedikit tanda penyelesaian.
Dolar Aussie berbalik dari kenaikan kecil di awal sesi menjadi kerugian setelah data ekonomi dari mitra dagang utama China gagal memenuhi perkiraan para analis, menambah bukti pemulihan COVID yang tergagap-gagap. Yuan merosot ke level terendah dua bulan.
Indeks dolar AS - yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya- sedikit berubah pada 102,47. Semalam, indeks mundur dari level tertinggi lima minggu menjadi kehilangan 0,26 persen.
Dolar telah didukung minggu lalu oleh permintaan safe-haven di tengah data ekonomi China yang lemah dan oleh lonjakan ekspektasi inflasi konsumen AS yang mengejutkan, menempatkan risiko kenaikan suku bunga Federal Reserve Juni kembali berperan.
Namun, minggu ini, batas pinjaman yang membayangi - yang ditegaskan kembali oleh Menteri Keuangan Janet Yellen dapat menyebabkan gagal bayar paling cepat 1 Juni - telah membuat para investor cemas.
Presiden Joe Biden menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan dapat dilakukan tepat waktu menjelang pertemuan yang diharapkan dengan para pemimpin kongres pada Selasa sore. Namun, Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy mengatakan kedua belah pihak masih berjauhan.
"Ada sedikit kepuasan dalam kenyataan bahwa pasar pada umumnya berpikir bahwa sesuatu akan selesai, tetapi jika Anda tidak bersiap untuk yang terburuk, akan ada banyak rasa sakit," kata Bart Wakabayashi, seorang manajer cabang di State Street di Tokyo.
"Yang menarik adalah dolar melemah, dan biasanya ketika ada risiko, orang membeli dolar," katanya.
"Jadi ada gangguan besar dalam korelasi, dan ketika korelasi tidak berhasil, orang tidak tahu harus berbuat apa."
Euro, yang memiliki bobot terbesar dalam indeks dolar, sedikit berubah pada 1,0870 dolar pada Selasa, setelah memantul dari level terendah lima minggu semalam.
Sterling tergelincir 0,13 persen menjadi 1,2515 dolar, menyusul reli 0,67 persen pada Senin (15/5/2023).
Yen, yang telah terpukul oleh perbedaan yang lebih lebar antara imbal hasil jangka panjang AS dan Jepang, menarik diri dari level terendah hampir dua minggu.
Dolar kehilangan 0,08 persen menjadi 135,975 yen setelah naik ke 136,32 yen pada Senin (15/5/2023).
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun menjadi sekitar 3,49 persen di Tokyo dari setinggi 3,511 persen semalam.
Dolar Australia, yang bukan bagian dari indeks dolar, menghapus kenaikan kecil di awal sesi menjelang data penjualan ritel China dan data produksi industri, kemudian merosot setelah rilis. Terakhir turun 0,33 persen pada 0,6678 dolar AS.
"Kenaikan Aussie tampaknya telah dibatasi untuk beberapa waktu oleh kekhawatiran investor atas prospek China," kata Sean Callow, ahli strategi valas senior di Westpac.
"Data hari ini akan mengembalikan Aussie," tambahnya, memprediksi mata uang itu dapat turun ke sekitar 0,6645 dolar AS, batas bawah kisaran perdagangan baru-baru ini.
Dolar naik 0,2 persen menjadi 6,9723 yuan di pasar luar negeri, setelah menyentuh 6,9749 pada Senin (15/5/2023) untuk pertama kalinya sejak 10 Maret.
Dolar Aussie berbalik dari kenaikan kecil di awal sesi menjadi kerugian setelah data ekonomi dari mitra dagang utama China gagal memenuhi perkiraan para analis, menambah bukti pemulihan COVID yang tergagap-gagap. Yuan merosot ke level terendah dua bulan.
Indeks dolar AS - yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya- sedikit berubah pada 102,47. Semalam, indeks mundur dari level tertinggi lima minggu menjadi kehilangan 0,26 persen.
Dolar telah didukung minggu lalu oleh permintaan safe-haven di tengah data ekonomi China yang lemah dan oleh lonjakan ekspektasi inflasi konsumen AS yang mengejutkan, menempatkan risiko kenaikan suku bunga Federal Reserve Juni kembali berperan.
Namun, minggu ini, batas pinjaman yang membayangi - yang ditegaskan kembali oleh Menteri Keuangan Janet Yellen dapat menyebabkan gagal bayar paling cepat 1 Juni - telah membuat para investor cemas.
Presiden Joe Biden menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan dapat dilakukan tepat waktu menjelang pertemuan yang diharapkan dengan para pemimpin kongres pada Selasa sore. Namun, Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy mengatakan kedua belah pihak masih berjauhan.
"Ada sedikit kepuasan dalam kenyataan bahwa pasar pada umumnya berpikir bahwa sesuatu akan selesai, tetapi jika Anda tidak bersiap untuk yang terburuk, akan ada banyak rasa sakit," kata Bart Wakabayashi, seorang manajer cabang di State Street di Tokyo.
"Yang menarik adalah dolar melemah, dan biasanya ketika ada risiko, orang membeli dolar," katanya.
"Jadi ada gangguan besar dalam korelasi, dan ketika korelasi tidak berhasil, orang tidak tahu harus berbuat apa."
Euro, yang memiliki bobot terbesar dalam indeks dolar, sedikit berubah pada 1,0870 dolar pada Selasa, setelah memantul dari level terendah lima minggu semalam.
Sterling tergelincir 0,13 persen menjadi 1,2515 dolar, menyusul reli 0,67 persen pada Senin (15/5/2023).
Yen, yang telah terpukul oleh perbedaan yang lebih lebar antara imbal hasil jangka panjang AS dan Jepang, menarik diri dari level terendah hampir dua minggu.
Dolar kehilangan 0,08 persen menjadi 135,975 yen setelah naik ke 136,32 yen pada Senin (15/5/2023).
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun menjadi sekitar 3,49 persen di Tokyo dari setinggi 3,511 persen semalam.
Dolar Australia, yang bukan bagian dari indeks dolar, menghapus kenaikan kecil di awal sesi menjelang data penjualan ritel China dan data produksi industri, kemudian merosot setelah rilis. Terakhir turun 0,33 persen pada 0,6678 dolar AS.
"Kenaikan Aussie tampaknya telah dibatasi untuk beberapa waktu oleh kekhawatiran investor atas prospek China," kata Sean Callow, ahli strategi valas senior di Westpac.
"Data hari ini akan mengembalikan Aussie," tambahnya, memprediksi mata uang itu dapat turun ke sekitar 0,6645 dolar AS, batas bawah kisaran perdagangan baru-baru ini.
Dolar naik 0,2 persen menjadi 6,9723 yuan di pasar luar negeri, setelah menyentuh 6,9749 pada Senin (15/5/2023) untuk pertama kalinya sejak 10 Maret.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023
Tags: