Kremlin sangkal tudingan Macron bahwa Rusia tunduk pada China
16 Mei 2023 13:16 WIB
Arsip foto - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Jumat (19/8/2022) mengadakan pembicaraan via sambungan telepon untuk membahas situasi di Ukraina. ANTARA/Xinhua/aa.
Moskow (ANTARA) - Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengecam tudingan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan bahwa Rusia tunduk pada China.
Menurut dia, hubungan Rusia dengan China adalah sebagai mitra strategis dan tidak ada ketergantungan antara satu sama lain.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan Paris telah terpaku pada penguatan hubungan Moskow dengan Beijing, serta adanya perubahan tatanan dunia.
Menurut dia, Barat tampak takut terhadap pembentukan sistem hubungan internasional yang benar-benar multilateral--dengan beberapa poros terpisah terutama Rusia dan China.
“Dalam lanskap dunia yang berkembang ini, tidak dapat dihindari bahwa E. Macron, bersama dengan para pemimpin lainnya di Barat harus menyesuaikan diri dengan realitas hubungan yang kuat, adil, dan saling menghormati antara Moskow dan Beijing," tulis Grushko dalam sebuah pernyataan di situs Kementerian Luar Negeri Rusia.
Kecaman dari Rusia dipicu oleh pernyataan Macron dalam wawancara dengan harian Prancis l'Opinion, di mana dia mengancam untuk mengisolasi Kremlin karena invasinya ke Ukraina lebih dari 14 bulan lalu.
Macron menyebut bahwa Rusia secara de facto telah tunduk kepada China dan kehilangan akses ke kawasan Baltik yang sangat penting, dengan memicu keputusan Swedia dan Finlandia untuk bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Pernyataan tersebut tampaknya merujuk pada pembicaraan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping di Moskow pada Maret lalu, di mana keduanya mengatakan akan memperdalam kemitraan strategis dengan memasuki era baru hubungan bilateral.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia, China kritik "praktik neokolonial" dalam hubungan internasional
Baca juga: China jamin kerja sama dengan Rusia semakin erat
Baca juga: Jepang khawatirkan militer China dan Rusia
Menurut dia, hubungan Rusia dengan China adalah sebagai mitra strategis dan tidak ada ketergantungan antara satu sama lain.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan Paris telah terpaku pada penguatan hubungan Moskow dengan Beijing, serta adanya perubahan tatanan dunia.
Menurut dia, Barat tampak takut terhadap pembentukan sistem hubungan internasional yang benar-benar multilateral--dengan beberapa poros terpisah terutama Rusia dan China.
“Dalam lanskap dunia yang berkembang ini, tidak dapat dihindari bahwa E. Macron, bersama dengan para pemimpin lainnya di Barat harus menyesuaikan diri dengan realitas hubungan yang kuat, adil, dan saling menghormati antara Moskow dan Beijing," tulis Grushko dalam sebuah pernyataan di situs Kementerian Luar Negeri Rusia.
Kecaman dari Rusia dipicu oleh pernyataan Macron dalam wawancara dengan harian Prancis l'Opinion, di mana dia mengancam untuk mengisolasi Kremlin karena invasinya ke Ukraina lebih dari 14 bulan lalu.
Macron menyebut bahwa Rusia secara de facto telah tunduk kepada China dan kehilangan akses ke kawasan Baltik yang sangat penting, dengan memicu keputusan Swedia dan Finlandia untuk bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Pernyataan tersebut tampaknya merujuk pada pembicaraan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping di Moskow pada Maret lalu, di mana keduanya mengatakan akan memperdalam kemitraan strategis dengan memasuki era baru hubungan bilateral.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia, China kritik "praktik neokolonial" dalam hubungan internasional
Baca juga: China jamin kerja sama dengan Rusia semakin erat
Baca juga: Jepang khawatirkan militer China dan Rusia
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023
Tags: