Lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia tinggal di daerah kumuh serta permukiman informal lainnya, dan angka itu terus meningkat. Komunitas ini memiliki akses yang sangat terbatas ke layanan dasar seperti air bersih, sanitasi, dan listrik. Orang-orang yang tinggal di permukiman informal kekurangan lahan dan hak milik, sering kali takut diusir. Mereka menghadapi ancaman yang semakin parah dari perubahan iklim, termasuk kekeringan dan banjir.
"Ketika datang ke tempat-tempat yang kami sebut rumah, orang-orang yang tinggal di permukiman informal sama sekali tidak diperlakukan dengan setara," ujar Jonathan Reckford, Presiden dan CEO Habitat for Humanity International. "Dengan mengadvokasi perubahan kebijakan, mitra kami dalam kampanye Home Equals akan meningkatkan akses ke perumahan yang memadai serta mendukung solusi inovatif yang berasal dari warga permukiman informal itu sendiri. Bergabunglah dengan kami dalam menciptakan dunia yang lebih adil. Karena rumah sama dengan kesehatan. Rumah sama dengan keselamatan dan keamanan. Dan rumah sama dengan kesempatan untuk masa depan yang lebih baik."
Di tingkat global, Habitat for Humanity meminta negara-negara anggota G7 — sekelompok negara industri terkemuka akan bertemu akhir pekan ini di Hiroshima, Jepang — untuk mengakui perumahan sebagai faktor pengaruh penting bagi kemajuan pembangunan serta berkomitmen terhadap penanganan kebutuhan perumahan di permukiman informal sebagai cara guna memajukan prioritas pembangunan internasional di berbagai daerah seperti pertumbuhan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
Hasil pembangunan ekonomi dan manusia dari peningkatan perumahan dalam skala besar di permukiman informal akan bersifat substansial, demikian menurut laporan yang dirilis hari ini dalam mendukung kampanye Home Equals. Laporan yang baru pertama kalinya diterbitkan dari Habitat for Humanity dan mitra riset kami, International Institute for Environment and Development, atau IIED, itu memodelkan manfaat yang akan direalisasikan – dalam hal produksi ekonomi, pendapatan, kesehatan, serta pendidikan — dari perbaikan perumahan itu.
Laporan tersebut menemukan bahwa PDB dan pendapatan per kapita akan meningkat sebesar 10,5% di beberapa negara serta lebih dari 730,000 jiwa akan diselamatkan setiap tahunnya secara global — lebih dari jumlah kematian yang akan dicegah setiap tahunnya oleh pemberantasan malaria. Sebanyak 41,6 juta anak-anak tambahan akan terdaftar di sekolah, demikian menurut pemodelan tersebut. Itu artinya satu dari setiap enam anak yang tidak bersekolah di dunia.
"Memastikan bahwa orang-orang yang tinggal di permukiman informal memiliki akses ke perumahan yang memadai bukan sekadar hal yang tepat untuk dilakukan," ucap Jonathan Reckford. "Itu merupakan hal yang cerdas untuk dilakukan."
Alexandre Apsan Frediani, seorang periset di IIED dan salah satu penulis laporan tersebut, mengatakan: "Temuan kami menunjukkan manfaat besar bagi kesehatan, pendidikan, dan pendapatan masyarakat ketika Anda memastikan mereka tinggal dalam kondisi perumahan yang sesuai, memiliki akses ke layanan dasar seperti sistem air mengalir dan pembuangan limbah, serta bebas dari ancaman pengusiran atau pelecehan." Dan, hasil yang dimodelkan dalam laporan tersebut kemungkinan besar merupakan perkiraan yang terlalu rendah. Meskipun peneliti tidak dapat mengukurnya, buktinya jelas bahwa sistem lingkungan, politik, dan perawatan meningkat di seluruh masyarakat bila orang-orang di permukiman informal mendapatkan akses ke perumahan yang lebih baik, yang mengarah menuju kemajuan baik di dalam maupun di luar permukiman tersebut, demikian ujar Alexandre Apsan Frediani. "Ada efek luapan," ujarnya, "karena ketika orang-orang di pemukiman informal menjadi lebih baik, semua orang menjadi lebih baik."
Kampanye Home Equals sudah berlangsung pada lebih dari 35 negara di seluruh dunia. Di Brasil, Habitat for Humanity dan mitra kami bekerja sama dengan pemerintahan baru pada program pembangunan perumahan serta perkotaan guna memastikan penduduk permukiman informal memiliki akses ke layanan dasar seperti air dan sanitasi. Habitat for Humanity Malawi menyerukan pengesahan RUU Manajemen Risiko Bencana untuk memastikan rumah-rumah di negara itu tahan terhadap bencana dalam menghadapi perubahan iklim. Di Vietnam, kami bekerja sama dengan mitra setempat di bidang solusi kebijakan berkelanjutan yang akan memungkinkan pengungsi Vietnam yang kembali dari Kamboja memiliki rumah yang aman. Dan di Makedonia Utara, Habitat bermitra dengan komunitas-komunitas Roma guna memastikan bahwa mereka memiliki suara dalam pengambilan keputusan tingkat nasional dan kota.
Video - https://mma.prnasia.com/media2/2073672/Habitat_for_Humanity_Video.mp4
Foto - https://mma.prnasia.com/media2/2073671/Manaus_Brazil.jpg?p=medium600
Logo - https://mma.prnasia.com/media2/95215/habitat_for_humanity_logo.jpg?p=medium600