TN Tesso Nilo berkurang 21 ribu hektare
20 Januari 2013 10:34 WIB
Foto dokumentasi saat sejumlah petugas gabungan Balai TN Tesso Nilo dan TNI-Polri mengawal pembongkaran kebun kelapa sawit ilegal di Desa Bagan Limau, Kabupaten Pelalawan, Riau. (ANTARA/FB Anggoro )
Pekanbaru (ANTARA News) - Organisasi WWF menyatakan sekitar 21.457 hektare kawasan hutan Taman Nasional (TN) Tesso Nilo di Provinsi Riau musnah akibat perambahan.
"Tutupan hutan sudah berganti menjadi kebun kelapa sawit, karet, belukar dan lainnya," kata Humas WWF Program Riau, Syamsidar, di Pekanbaru, Minggu.
Kementerian Kehutanan menetapkan TN Tesso Nilo sebagai kawasan konservasi, yang sebelumnya merupakan hutan produksi terbatas, dengan luas mencapai 83.068 hektare (ha). Sebagian besar kawasan itu berada di Kabupaten Pelalawan, sebagian kecil di Kabupaten Indragiri Hulu.
TN Tesso Nilo sempat mengalami perluasan dari tahap pertama berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.255/Menhut-II/2004 seluas 38.576 ha, kemudian melalui SK Menteri Kehutanan Nomor: SK 663/Menhut-II/2009 ditambah sekitar 44.492 ha.
"Tujuan utama penetapan Tesso Nilo sebagai taman nasional antara lain untuk melindungi kawasan tersebut dari kehancuran sebagai suatu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera," katanya.
Namun, kondisi TN Tesso Nilo makin memprihatinkan karena berdasarkan survei terakhir WWF pada 2011, kawasan hutan sudah berubah menjadi kebun kelapa sawit mencapai 15.714 ha. Pembalakan liar yang baru terjadi juga mengakibatkan 1.534 ha hutan gundul, dan 3.846 ha sudah tinggal semak belukar.
Sedangkan, alih fungsi menjadi kebun karet mencapai 328 ha dan penggunaan untuk fungsi lainnya seluas 34 ha.
Ia mengatakan, pemicu perambahan TN Tesso Nilo disebabka kurangnya perlindungan hutan oleh pemegang izin pemanfaatan kawasan sebelum ditunjuk menjadi taman nasional.
Kemudian perambahan juga masuk karena adanya koridor atau jalan yang dibuat perusahaan hutan tanaman industri di tengah kawasan Tesso Nilo yang dibuat pada tahun 2001 (koridor Baserah) dan koridor sektor Ukui-Gondai.
Menurut Syamsidar, kerusakan TN Tesso Nilo merupakan kerugian bagi manusia karena kawasan itu memiliki tingkat keanekaragaman hayati sangat tinggi dimana ditemukan sekitar 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku untuk setiap hektarnya.
Tesso Nilo juga dikenal sebagai habitat bagi beraneka ragam jenis satwa liar langka, seperti Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), berbagai jenis Primata, 114 jenis burung, 50 jenis ikan, 33 jenis herpetofauna dan 644 jenis kumbang.
(F012/I006)
"Tutupan hutan sudah berganti menjadi kebun kelapa sawit, karet, belukar dan lainnya," kata Humas WWF Program Riau, Syamsidar, di Pekanbaru, Minggu.
Kementerian Kehutanan menetapkan TN Tesso Nilo sebagai kawasan konservasi, yang sebelumnya merupakan hutan produksi terbatas, dengan luas mencapai 83.068 hektare (ha). Sebagian besar kawasan itu berada di Kabupaten Pelalawan, sebagian kecil di Kabupaten Indragiri Hulu.
TN Tesso Nilo sempat mengalami perluasan dari tahap pertama berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.255/Menhut-II/2004 seluas 38.576 ha, kemudian melalui SK Menteri Kehutanan Nomor: SK 663/Menhut-II/2009 ditambah sekitar 44.492 ha.
"Tujuan utama penetapan Tesso Nilo sebagai taman nasional antara lain untuk melindungi kawasan tersebut dari kehancuran sebagai suatu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera," katanya.
Namun, kondisi TN Tesso Nilo makin memprihatinkan karena berdasarkan survei terakhir WWF pada 2011, kawasan hutan sudah berubah menjadi kebun kelapa sawit mencapai 15.714 ha. Pembalakan liar yang baru terjadi juga mengakibatkan 1.534 ha hutan gundul, dan 3.846 ha sudah tinggal semak belukar.
Sedangkan, alih fungsi menjadi kebun karet mencapai 328 ha dan penggunaan untuk fungsi lainnya seluas 34 ha.
Ia mengatakan, pemicu perambahan TN Tesso Nilo disebabka kurangnya perlindungan hutan oleh pemegang izin pemanfaatan kawasan sebelum ditunjuk menjadi taman nasional.
Kemudian perambahan juga masuk karena adanya koridor atau jalan yang dibuat perusahaan hutan tanaman industri di tengah kawasan Tesso Nilo yang dibuat pada tahun 2001 (koridor Baserah) dan koridor sektor Ukui-Gondai.
Menurut Syamsidar, kerusakan TN Tesso Nilo merupakan kerugian bagi manusia karena kawasan itu memiliki tingkat keanekaragaman hayati sangat tinggi dimana ditemukan sekitar 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku untuk setiap hektarnya.
Tesso Nilo juga dikenal sebagai habitat bagi beraneka ragam jenis satwa liar langka, seperti Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), berbagai jenis Primata, 114 jenis burung, 50 jenis ikan, 33 jenis herpetofauna dan 644 jenis kumbang.
(F012/I006)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013
Tags: