Mensos sarankan semua guru di Jepara jalani tes untuk cek psikisnya
15 Mei 2023 19:01 WIB
Menteri Sosial Tri Rismaharini didampingi Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan dan Sekda Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko saat berkunjung ke Polres Jepara guna mengunjungi pelajar SMP yang menjadi korban rudapaksa, Senin (15/5/2023). (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)
Jepara (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini menyarankan Pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, untuk menggelar tes psikologis untuk mengetahui kondisi psikis para tenaga pengajar di daerah tersebut guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di lingkungan sekolah.
"Saya memang menyarankan Penjabat Bupati Jepara untuk melakukan tes terhadap semua gurunya karena saya juga melakukan hal yang sama," ujarnya saat dimintai tanggapannya terkait banyaknya kasus pelecehan seksual di Kabupaten Jepara ketika kunjungan kerja di Jepara, Senin.
Hal itu, kata dia, untuk mengetahui kondisi psikis seluruh guru, karena selama delapan jam harus menjaga anak didiknya dalam kondisi aman dari pengaruh negatif.
Sementara penanganan kasus pelecehan seksual yang cukup banyak, menurut dia, harus ditangani bersama-sama.
"Sebelumnya saya sudah bertemu Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dan bicara terkait pula soal kasus tersebut," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, dia menyampaikan upaya agar semua anak-anak bisa aman selama di sekolah durasinya selama delapan jam. Sedangkan di rumah selama 16 jam, sehingga selama 24 jam harus dipastikan aman.
Fenomena yang terjadi saat ini, imbuh dia, banyak orang tua yang bekerja, sehingga upaya yang dilakukan tentunya agar selama 16 jam di rumah dipastikan aman dari pengaruh negatif.
Upaya memastikan anak-anak di sekolah tidak berfikir macam-macam, tentunya diperlukan aktivitas yang membuat anak-anak sibuk dengan kegiatan yang positif sehingga tidak lagi memikirkan hal-hal yang aneh-aneh.
Baca juga: Risma kunjungi korban rudapaksa di Jepara
Menanggapi arahan Mensos, Sekda Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko nantinya akan dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan serta jajaran sekolah di bawah naungan Pemprov Jateng.
"Tentunya tes atau screening terhadap guru tidak hanya di tingkat jajaran pendidikan di kabupaten, tetapi kemungkinan juga dilakukan di tingkat SMA," ujarnya.
Hasil interogasi terhadap pelaku pelecehan seksual, kata dia, korbannya ternyata ada pula anak didik dari tingkat SLTA, sehingga permasalahan tersebut seperti gunung es.
"Termasuk membuat aktivitas tambahan sehingga pelajar lupa dengan hal-hal negatif, terutama pengaruh potensi berperilaku gay," ujarnya. ***3***
Baca juga: Mensos beri bantuan pada warga kurang mampu di Kota Bengkulu
"Saya memang menyarankan Penjabat Bupati Jepara untuk melakukan tes terhadap semua gurunya karena saya juga melakukan hal yang sama," ujarnya saat dimintai tanggapannya terkait banyaknya kasus pelecehan seksual di Kabupaten Jepara ketika kunjungan kerja di Jepara, Senin.
Hal itu, kata dia, untuk mengetahui kondisi psikis seluruh guru, karena selama delapan jam harus menjaga anak didiknya dalam kondisi aman dari pengaruh negatif.
Sementara penanganan kasus pelecehan seksual yang cukup banyak, menurut dia, harus ditangani bersama-sama.
"Sebelumnya saya sudah bertemu Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dan bicara terkait pula soal kasus tersebut," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, dia menyampaikan upaya agar semua anak-anak bisa aman selama di sekolah durasinya selama delapan jam. Sedangkan di rumah selama 16 jam, sehingga selama 24 jam harus dipastikan aman.
Fenomena yang terjadi saat ini, imbuh dia, banyak orang tua yang bekerja, sehingga upaya yang dilakukan tentunya agar selama 16 jam di rumah dipastikan aman dari pengaruh negatif.
Upaya memastikan anak-anak di sekolah tidak berfikir macam-macam, tentunya diperlukan aktivitas yang membuat anak-anak sibuk dengan kegiatan yang positif sehingga tidak lagi memikirkan hal-hal yang aneh-aneh.
Baca juga: Risma kunjungi korban rudapaksa di Jepara
Menanggapi arahan Mensos, Sekda Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko nantinya akan dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan serta jajaran sekolah di bawah naungan Pemprov Jateng.
"Tentunya tes atau screening terhadap guru tidak hanya di tingkat jajaran pendidikan di kabupaten, tetapi kemungkinan juga dilakukan di tingkat SMA," ujarnya.
Hasil interogasi terhadap pelaku pelecehan seksual, kata dia, korbannya ternyata ada pula anak didik dari tingkat SLTA, sehingga permasalahan tersebut seperti gunung es.
"Termasuk membuat aktivitas tambahan sehingga pelajar lupa dengan hal-hal negatif, terutama pengaruh potensi berperilaku gay," ujarnya. ***3***
Baca juga: Mensos beri bantuan pada warga kurang mampu di Kota Bengkulu
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023
Tags: