“Kami ambil sampel air sebanyak dua botol ukuran 1,5 liter,” kata Kepala DLH Balikpapan Sudirman Djajaleksana, di Balikpapan, Minggu.
Sampel atau contoh air diambil di lokasi bagan milik Ismail Yunus, dengan koordinat satu derajat 13 menit lintang selatan dan 117 derajat bujur timur.
Bagan adalah bangunan sederhana yang dibuat nelayan untuk memancing dan menarik ikan di laut.
Di bagan dengan koordinat tersebut, Ismail Yunus sendiri pertama kali melaporkan ada air laut yang semula jernih menjadi hitam pada Jumat malam (12/5).
Baca juga: Akibat pencemaran minyak, nelayan Batam minta ganti rugi
Ia pun merekam kejadian itu dengan telepon seluler dan membagikan kepada teman-temannya.
Ismail Yunus adalah nelayan dari Manggar, Balikpapan Timur.
Ia sedang berada di bagan itu untuk menangkap ikan pada saat air laut di bawah bagan berubah menjadi hitam dengan cepat.
Tim DLH Balikpapan mendatangi bagan bersama dengan polisi dari Kepolisian Sektor Balikpapan Timur, Lurah Manggar dan pemuda dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Manggar.
Sebagai kesepakatan koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur (DLH Kaltim) yang memiliki wewenang di perairan lepas pantai, contoh air dari lokasi itu segera dibawa ke Samarinda untuk diuji di laboratorium di Universitas Mulawarman.
Baca juga: Pelajar Kediri manfaatkan kitosan atasi pencemaran logam berat
“Dari hasil uji laboratorium tersebut baru kita tentukan langkah selanjutnya sambil terus berkoordinasi dengan para pihak,” kata Sudirman.
Sudirman dengan mengutip laporan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pantai Manggar dan aparat dari Polairud Polda Kaltim menyatakan tidak ditemukan ceceran minyak di pantai atau pun di perairan.
Demikian pula di lokasi yang diadukan. “Berdasarkan pengamatan pada saat peninjauan, secara visual tidak terdapat ceceran minyak di lokasi aduan dan di perairan pesisir Manggar,” jelas Sudirman.
Baca juga: KNTI ungkap zat beracun dari sampah plastik tipu biota laut
Sebelumnya sejak Jumat (12/5) malam video yang diambil Ismail tersebar ramai di kalangan nelayan, aktivis lingkungan dan jurnalis.