Menurut Ema, dengan sistem pembakaran menggunakan alat pembakaran seperti itu, bisa membantu cukup signifikan penanganan sampah di Cicabe, karena satu unit alat pembakar itu, bisa mengolah 4-8 ton sampah per hari.
"Kalau di sana dipasang dua sampai tiga unit artinya membantu reduksi 24-30 ton sampah per hari. Kemudian sisanya baru dengan sanitary landfill, tapi lifetimenya pendek. Memang pembakaran itu yang paling efektif asal suhunya 1.000 derajat celcius," ujar Ema di Bandung, Sabtu.
Ema mengatakan bahwa dengan dibukanya TPA Darurat Cicabe, ratusan ton sampah yang sebelumnya menumpuk di berbagai TPS mulai diolah.
Baca juga: Pembangunan PLTSa Gedebage dikaji lagi untuk sesuaikan teknologi
Baca juga: Pemda Jabar aktifkan kembali Zona 1 TPPAS Sarimukti
Menurut Ema, para pemulung juga memiliki peran untuk mengurangi jumlah sampah yang terus datang di TPA Darurat Cicabe.
"Di Cicabe juga para pemulung mereduksi volume sampah. Sisanya yang organik itu akan ditanam atau dimasukkan ke lubang untuk dibakar. Dengan pola pembakaran yang sudah tersertifikasi dan itu 'best practice'-nya ada di Pasar Ciwastra," ucapnya.
Adapun di TPS Kota Bandung sendiri yang sebelumnya sampai sebanyak 55 TPS sempat kelebihan kapasitas (overload), kini sebanyak 25 TPS sudah normal kembali.
"Saya mengapresiasi kinerja DLHK, sampah sudah mulai berkurang, karena Cicabe juga sudah mulai bisa operasional meski belum 100 persen," ucap Ema.
Selain fokus pada penguraian sampah di berbagai TPS, Ema juga menyinggung bahwa Pemkot Bandung juga tengah memperbaiki infrastruktur jalan menuju TPA Darurat Cicabe.
"Kita sedang terus perbaiki pengerasan jalannya. Bukan hanya dengan batu tapi juga dicampur dengan bambu supaya mobil yang lewat tidak selip," tuturnya.
Dengan masih ada 20 TPS yang masih dalam overload, Pemkot Bandung menyiram minyak sereh demi menghilangkan aroma tak sedap, yang juga dilakukan di TPS yang sudah dibersihkan.
Demi mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA, Ema mengarahkan agar di tiap TPS melakukan proses pemilahan langsung.
"Bahkan kalau bisa masyarakat juga sudah memilah sendiri sampahnya saat dibawa ke TPS," katanya.
Ema menyebutkan bahwa pihaknya juga akan mengawali sosialisasi dan edukasi untuk pemilahan sampah tiap RW, mulai Minggu (14/5) pukul 09.00 WIB di Gedebage.
"Tiap SPK akan saya pimpin langsung acara komunikasi, koordinasi, sosialisasi, dan edukasi kepada seluruh RW yang ada di kota Bandung. Mudah-mudahan setelah kita berkomunikasi, berkoordinasi, dan bersinergi dengan RT dan RW pekerjaan seberat apapun bisa diselesaikan bersama-sama," ucapnya.
Selain itu, peran camat juga penting untuk mengedukasi masyarakat soal pengolahan dan pemilahan sampah sendiri agar tidak terjadi kembali overload sampah.
"Kalau sudah overload jangan dipaksakan dibuang ke TPS. Baiknya ada pemilahan langsung di TPS bahkan di rumah sendiri. Magotisasi dari sampah organik dan pilah anorganik yang bernilai ekonomis," tuturnya menambahkan.*
Baca juga: Pemkot Bandung tutupi tumpukan sampah menggunung di TPS Pasar Ciwastra
Baca juga: 15 TPS di Bandung diklaim berangsur normal dari tumpukan sampah