Inflasi Argentina naik hingga 109 persen, lampaui perkiraan
13 Mei 2023 06:42 WIB
Seorang pelanggan menghitung uang sebelum membeli jeruk keprok di toko kebutuhan pokok hijau, saat warga Argentina berjuang di tengah kenaikan inflasi di Buenos Aires, Argentina 11 Mei 2023. ANTARA/REUTERS/Agustin Marcarian
Buenos Aires (ANTARA) - Tingkat inflasi tahunan Argentina melonjak hingga mencapai 109 persen pada April, kata badan statistik negara itu pada Jumat (12/5/2023), melampaui perkiraan para analis dan memicu kemarahan di antara konsumen yang terpukul yang semakin harus berhemat dan menabung untuk bertahan hidup.
Negara Amerika Selatan, pengekspor biji-bijian yang penting dan nomor dua di dunia itu, membukukan inflasi bulanan 8,4 persen pada April, jauh di atas perkiraan para analis sebesar 7,5 persen dan tertinggi dalam beberapa dekade. Itu membuat tingkat inflasi 12 bulan menjadi 108,8 persen.
Lonjakan harga-harga telah mendorong satu dari empat orang ke dalam kemiskinan di negara yang telah berjuang selama beberapa dekade dengan inflasi tinggi, bersama dengan siklus utang dan krisis mata uang. Berkurangnya cadangan bank sentral sekarang membahayakan keuangan pemerintah.
"Mereka telah mengubah kami menjadi negara pengemis," kata Carlos Andrada, seorang pekerja mandiri berusia 60 tahun, kepada Reuters saat dia mencari penawaran potongan harga di kios sayur di pasar di pinggiran ibu kota Buenos Aires.
“Seseorang putus asa karena setelah bekerja seumur hidup, Anda harus berjuang hanya untuk mendapatkan tomat atau paprika,” katanya.
Perkiraan analis tertinggi dalam jajak pendapat Reuters untuk tingkat inflasi bulanan April adalah 8,3 persen. "Data tersebut melampaui semua perkiraan," kata ekonom Daniel Artana dari konsultan FIEL.
Situasi ekonomi Argentina yang rapuh telah diperparah oleh kekeringan bersejarah sejak tahun lalu, yang telah memukul ekspor kedelai, jagung dan gandum, menguras cadangan devisa dan menghambat kemampuan pemerintah untuk melawan pelemahan mata uang.
Volatilitas di pasar valuta asing, yang melihat peso mencapai rekor terendah mendekati 500 terhadap dolar di pasar paralel bulan lalu, telah mengobarkan harga lebih lanjut dan memperketat kesepakatan pinjaman besar Argentina senilai 44 miliar dolar AS dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
"Ketika saya datang terakhir kali (ke pasar), saya membayar 300 peso sekilo untuk paprika, sekarang 300 peso setengah kilo," kata Olivia Maria Belbruno, seorang pensiunan.
"Ini adalah pemerintah yang kami miliki dan kami, warga negara, harus berpikir karena kami lah yang memberikan suara kami kepada mereka."
Koalisi penguasa Peronis berjuang untuk menurunkan harga-harga menjelang pemilihan pendahuluan Agustus dan pemungutan suara umum pada Oktober.
"Saya berhenti makan sebulan sekali, kami tidak berlibur ke mana pun selama empat tahun, kami harus menjual mobil karena kami tidak dapat membayar asuransi, pajak, dan biaya garasi," kata pekerja grafis Salvador Paterno.
"Kami menggunakan sedikit AC, pemanas. Semua orang mengurangi kebiasaan ini untuk memenuhi kebutuhan."
Baca juga: Argentina jinakkan inflasi, naikan suku bunga terbesar sejak 2019
Baca juga: Wakil Menlu Vietnam temui Menlu Argentina
Baca juga: Bank sentral Argentina angkat suku bunga 300 basis poin jadi 81 persen
Negara Amerika Selatan, pengekspor biji-bijian yang penting dan nomor dua di dunia itu, membukukan inflasi bulanan 8,4 persen pada April, jauh di atas perkiraan para analis sebesar 7,5 persen dan tertinggi dalam beberapa dekade. Itu membuat tingkat inflasi 12 bulan menjadi 108,8 persen.
Lonjakan harga-harga telah mendorong satu dari empat orang ke dalam kemiskinan di negara yang telah berjuang selama beberapa dekade dengan inflasi tinggi, bersama dengan siklus utang dan krisis mata uang. Berkurangnya cadangan bank sentral sekarang membahayakan keuangan pemerintah.
"Mereka telah mengubah kami menjadi negara pengemis," kata Carlos Andrada, seorang pekerja mandiri berusia 60 tahun, kepada Reuters saat dia mencari penawaran potongan harga di kios sayur di pasar di pinggiran ibu kota Buenos Aires.
“Seseorang putus asa karena setelah bekerja seumur hidup, Anda harus berjuang hanya untuk mendapatkan tomat atau paprika,” katanya.
Perkiraan analis tertinggi dalam jajak pendapat Reuters untuk tingkat inflasi bulanan April adalah 8,3 persen. "Data tersebut melampaui semua perkiraan," kata ekonom Daniel Artana dari konsultan FIEL.
Situasi ekonomi Argentina yang rapuh telah diperparah oleh kekeringan bersejarah sejak tahun lalu, yang telah memukul ekspor kedelai, jagung dan gandum, menguras cadangan devisa dan menghambat kemampuan pemerintah untuk melawan pelemahan mata uang.
Volatilitas di pasar valuta asing, yang melihat peso mencapai rekor terendah mendekati 500 terhadap dolar di pasar paralel bulan lalu, telah mengobarkan harga lebih lanjut dan memperketat kesepakatan pinjaman besar Argentina senilai 44 miliar dolar AS dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
"Ketika saya datang terakhir kali (ke pasar), saya membayar 300 peso sekilo untuk paprika, sekarang 300 peso setengah kilo," kata Olivia Maria Belbruno, seorang pensiunan.
"Ini adalah pemerintah yang kami miliki dan kami, warga negara, harus berpikir karena kami lah yang memberikan suara kami kepada mereka."
Koalisi penguasa Peronis berjuang untuk menurunkan harga-harga menjelang pemilihan pendahuluan Agustus dan pemungutan suara umum pada Oktober.
"Saya berhenti makan sebulan sekali, kami tidak berlibur ke mana pun selama empat tahun, kami harus menjual mobil karena kami tidak dapat membayar asuransi, pajak, dan biaya garasi," kata pekerja grafis Salvador Paterno.
"Kami menggunakan sedikit AC, pemanas. Semua orang mengurangi kebiasaan ini untuk memenuhi kebutuhan."
Baca juga: Argentina jinakkan inflasi, naikan suku bunga terbesar sejak 2019
Baca juga: Wakil Menlu Vietnam temui Menlu Argentina
Baca juga: Bank sentral Argentina angkat suku bunga 300 basis poin jadi 81 persen
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: