Washington (ANTARA News) - Badan Pengawas Penerbangan Federal Amerika Serikat (Federal Aviation Administration/FAA) menyatakan sementara akan mengandangkan pesawat-pesawat Boeing 787 setelah insiden kedua pesawat jenis itu, ketika masalah baterai memaksa satu jet Dreamliner melakukan pendaratan darurat di Jepang.

FAA pada Rabu (16/1) menyatakan Boeing Co, perusahaan pembuat pesawat terbang itu, harus terlebih dahulu bisa menunjukkan bahwa baterai-baterai ion litium yang digunakan benar-benar aman, demikian laporan Reuters.

Namun Reuters belum mendapat komentar dari Boeing tentang masalah itu.

Saham Boeing turun dua persen menjadi 72,80 dolar AS (Rp702.884) setelah FAA mengeluarkan pengumuman.

Pesawat Boeing 787, yang harganya masing-masing mencapai 207 juta dolar AS (sekira Rp6,77 triliun), merupakan suatu lompatan dalam hal desain dan pembuatan namun proyek tersebut terganggu oleh biaya yang membengkak serta penundaan bertahun-tahun.

Sejumlah pihak menganggap Boeing tergesa-gesa ingin menyelesaikan pembuatan pesawat-pesawatnya setelah mengalami penundaan sehingga menimbulkan masalah-masalah yang mengemuka belakangan ini.

Namun anggapan itu dibantah oleh Boeing.

Di Asia, hanya maskapai penerbangan Jepang dan Air India yang sudah memiliki Dreamliner, namun maskapai-maskapai lainnya termasuk mereka yang dari berbagai belahan dunia telah memesan sekira 850 pesawat tipe baru itu.

(T008)