Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia(AIMI) meminta agar penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang subjeknya melibatkan bayi sehat berusia di bawah empat bulan dihentikan.

Studi Daffodil yang meneliti "pengaruh susu formula yang mengandung lemak susu sapi yang diperkaya dengan lemak campuran dan tambahan fosfolipid terhadap durasi dan gejala infeksi saluran pencernaan serta pernafasan pada bayi" itu dianggap merampas hak bayi dari mendapatkan ASI (air susu ibu) eksklusif.

Menurut pasal 128 UU kesehatan 36 tahun 2009, setiap bayi berhak mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai enam bulan.

Meskipun bayi yang direkrut menjadi subjek penelitian sudah tidak mendapat ASI, baik eksklusif maupun parsial, bayi tetap memiliki hak disusui ASI.

"Bayi di bawah enam bulan yang tidak diberi ASI, baik itu karena tidak mau atau ASI ibu tidak keluar, masih bisa mendapat haknya untuk disusui. Di situ peran konselor untuk membimbing ibu dalam memberi informasi tentang ASI," kata Mia Sutanto ketua umum AIMI pada jumpa media "Pernyataan Sikap AIMI terhadap Penelitian Dafodil" di Jakarta, Rabu.

AIMI juga khawatir dengan risiko pemberian susu formula pada bayi yang bisa berdampak jangka panjang hingga dewasa, seperti risiko asma dan diabetes.

"Kami tidak melihat ada manfaat bagi subjek penelitian," kata Mia.

Selain itu, studi Daffodil tidak mengungkapkan siapa pihak penyandang dana penelitian itu sehingga belum diketahui apa kepentingam di baliknya.

"Harus tahu siapa fundernya, kalau penyandang dananya dari perusahaan susu formula ya jelas akan berkepentingan," tambah dr. Utami Roesli Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia.

Bila hasil penelitian dipakai untuk mempromosikan produk susu dengan formula yang mirip asi, tambah Utami, maka itu akan mengganggu kampanye asi eksklusif.

Menteri Kesehatan yang beraudiensi dengan AIMI pada 14 Januari lalu tentang studi Daffodil setuju untuk menetapkan agar studi itu dihentikan kecuali sudah memenuhi tiga syarat.

Selain mengumumkan secara siapa penyandang dana, hasil penelitian tidak boleh membandingkan susu formula dengan ASI, dan subjek penelitiannya adalah bayi usia di atas enam bulan.

"Itu keputusan win-win solution ya, tidak bisa langsung distop juga," kata Mia.

(nan)