Umat Hindu rayakan hari Pagerwesi
16 Januari 2013 10:17 WIB
Umat Hindu bersembahyang dengan sarana sesajen dan bunga dalam perayaan Hari Pagerwesi di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (16/1). Umat Hindu di Bali meyakini Hari Pagerwesi merupakan hari pemujaan Tuhan sebagai guru tertinggi di alam semesta sehingga persembahyangan dilakukan untuk keteguhan iman dalam menggunakan ilmu pengetahuan. (ANTARA/Nyoman Budhiana)
Denpasar (ANTARA News)- Para ibu rumah tangga bersama remaja putri dalam lingkungan rumah tangga menghaturkan sesajen rangkaian janur kombinasi bunga dan buah di tempat suci keluarga masing-masing, Rabu berkaitan dengan hari suci Pagerwesi.
Kegiatan tersebut juga diikuti anggota keluarga lainnya, yang bermakna untuk meningkatkan keteguhan iman serta mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dunia beserta isi diberikan keselamatan.
Ketua Program Studi Pemandu wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi M.Par mengatakan, hari Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari sekali merupakan rangkaian Hari Raya Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan yang jatuh pada hari Sabtu, 12 Januari 2013.
Hari suci Pagerwesi merupakan tonggak dalam mengingatkan umat terhadap Tuhan Yang Maha Esa penguasa alam semesta yang dilakukan dengan cara bhakti maupun pengorbanan suci secara tulus ikhlas (yadnya).
Selain itu juga bertujuan untuk memohon keselamatan, kesejahteraan dan bimbingan ke jalan yang benar serta mampu menegakan kebenaran (kebaikan) sesuai ajaran agama dan hati nurani.
Ketut Sumadi menambahkan, umat dalam hari suci Pagerwesi kali ini memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi sebagai "Paramesti guru", dengan harapan diberikan kekuatan iman serta bimbingan dan lindunganNya.
Dengan demikian ilmu pengetahuan yang telah diturunkan pada Hari Raya Saraswati penggunaannya dilandasi dengan kesucian, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup umat manusia.
Melalui perayaaan Hari Pagerwesi diharapkan mampu memperkuat "benteng iman" melalui yoga semadi, sekaligus dapat mengambil hikmah untuk mengendalikan musuh dalam diri maupun musuh yang berasal dari luar.
Tata cara pelaksanaan Hari Raya Pagerwesi di Bali disesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan (desa, kala patra), yang dilandasi tradisi masing-masing daerah dalam mengenang kembali terhadap kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan), ujar Ketut Sumadi.
Fakultatif
Perkantoran instansi pemerintah dan sekolah untuk seluruh jenjang pendidikan di Bali pada hari Pagerwesi adalah hari libur lokal (fakultatif).
Pagerwesi sebenarnya merupakan hari kerja biasa, namun Gubernur Bali Made Mangku Pastika memberikan dispensasi kepada seluruh karyawan yang beragama Hindu untuk melaksanakan rangkaian kegiatan ritual.
Sebelumnya perkantoran di Bali selama tiga hari berturut-turut, 10-13 Januari 2013 juga libur lokal berkaitan dengan hari Siwaratri, hari perenungan dosa yang jatuh pada Kamis (10/1) dan Jumat (11/1).
Hari Siwaratri selama dua hari itu disusul dengan hari Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan yang jatuh pada hari Sabtu (12/1).
Suasana Bali khususnya kota Denpasar dan sekitarnya, saat umat Hindu memperingati Hari Pagerwesi tampak lenggang, dibanding hari-hari kerja biasa yang diwarnai dengan kemacetan lalu lintas.
(ANTARA)
Kegiatan tersebut juga diikuti anggota keluarga lainnya, yang bermakna untuk meningkatkan keteguhan iman serta mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dunia beserta isi diberikan keselamatan.
Ketua Program Studi Pemandu wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi M.Par mengatakan, hari Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari sekali merupakan rangkaian Hari Raya Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan yang jatuh pada hari Sabtu, 12 Januari 2013.
Hari suci Pagerwesi merupakan tonggak dalam mengingatkan umat terhadap Tuhan Yang Maha Esa penguasa alam semesta yang dilakukan dengan cara bhakti maupun pengorbanan suci secara tulus ikhlas (yadnya).
Selain itu juga bertujuan untuk memohon keselamatan, kesejahteraan dan bimbingan ke jalan yang benar serta mampu menegakan kebenaran (kebaikan) sesuai ajaran agama dan hati nurani.
Ketut Sumadi menambahkan, umat dalam hari suci Pagerwesi kali ini memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi sebagai "Paramesti guru", dengan harapan diberikan kekuatan iman serta bimbingan dan lindunganNya.
Dengan demikian ilmu pengetahuan yang telah diturunkan pada Hari Raya Saraswati penggunaannya dilandasi dengan kesucian, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup umat manusia.
Melalui perayaaan Hari Pagerwesi diharapkan mampu memperkuat "benteng iman" melalui yoga semadi, sekaligus dapat mengambil hikmah untuk mengendalikan musuh dalam diri maupun musuh yang berasal dari luar.
Tata cara pelaksanaan Hari Raya Pagerwesi di Bali disesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan (desa, kala patra), yang dilandasi tradisi masing-masing daerah dalam mengenang kembali terhadap kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan), ujar Ketut Sumadi.
Fakultatif
Perkantoran instansi pemerintah dan sekolah untuk seluruh jenjang pendidikan di Bali pada hari Pagerwesi adalah hari libur lokal (fakultatif).
Pagerwesi sebenarnya merupakan hari kerja biasa, namun Gubernur Bali Made Mangku Pastika memberikan dispensasi kepada seluruh karyawan yang beragama Hindu untuk melaksanakan rangkaian kegiatan ritual.
Sebelumnya perkantoran di Bali selama tiga hari berturut-turut, 10-13 Januari 2013 juga libur lokal berkaitan dengan hari Siwaratri, hari perenungan dosa yang jatuh pada Kamis (10/1) dan Jumat (11/1).
Hari Siwaratri selama dua hari itu disusul dengan hari Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan yang jatuh pada hari Sabtu (12/1).
Suasana Bali khususnya kota Denpasar dan sekitarnya, saat umat Hindu memperingati Hari Pagerwesi tampak lenggang, dibanding hari-hari kerja biasa yang diwarnai dengan kemacetan lalu lintas.
(ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: