Jakarta (ANTARA) - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bidang Tarjih dan Tajdid Syamsul Anwar menyebutkan Kalender Islam Global Unifikasi (KIGU) telah dicanangkan oleh para ulama di seluruh dunia sejak tahun 1958.
"Gagasan mengenai KIGU telah dikembangkan oleh ahli hadis asal Mesir Syekh Ahmad Muhammad Syakir pada tahun 1958," katanya dalam diskusi terkait konsep Kalender Islam Global yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan pada tahun itu, Ahmad membuat sebuah karya berdasarkan ilmu hadis yang dikuasainya, yang menyatakan bahwa awal bulan di seluruh dunia harus jatuh pada hari yang sama.

Baca juga: Ketua PP Muhammadiyah paparkan urgensi penerapan Kalender Islam Global
Selanjutnya, gagasan tersebut dibawa ke Konferensi Istanbul, Turki, pada tahun 1978 yang menghasilkan keputusan bahwa dunia memiliki satu kesatuan matlak (tempat terbitnya fajar).

"Di sini juga merupakan awal pembahasan penyatuan bulan kamariah secara internasional," kata Syamsul yang juga dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Setelah adanya Konferensi Istanbul, menurut dia, semakin banyak ulama yang tertarik untuk membahas kalender Islam.

Salah satunya adalah Mohammad Ilyas asal Malaysia yang merumuskan gagasan soal zona waktu kalender Islam pada 1980an.

Baca juga: Pakar Astronomi nilai pembentukan Kalender Islam Global sulit terwujud
"Hal ini semakin menarik perhatian dunia hingga diadakannya Deklarasi Dakar, Senegal, pada 2008 yang diikuti oleh negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)," ujarnya.

Syamsul menjelaskan deklarasi tersebut menyampaikan seruan kepada negara-negara Islam dan para pakarnya agar melakukan mobilisasi tenaga dalam upaya melakukan penyatuan kalender Islam guna mendukung penguatan citra Islam di mata dunia.

Selain itu, juga diadakan acara sejenis oleh Organisasi Islam untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (ISESCO) pada tahun yang sama serta Deklarasi Istanbul II pada 2016 demi memperkuat penyatuan kalender Islam ke dalam sistem KIGU.

Baca juga: Din Syamsuddin harap silaturahim tetap terjaga meski beda pendapat
Syamsul berharap sistem KIGU bisa segera digunakan umat Islam secara keseluruhan demi mempersatukan umat Islam baik secara lokal maupun global.