Jakarta (ANTARA) - Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Ahmad Mahendra menyatakan produksi film berjudul Tulang Belulang Tulang merupakan salah satu cara pelestarian dan pemajuan kebudayaan Indonesia.

“Saya mengapresiasi pelaksanaan produksi film ini sebagai salah satu cara pelestarian dan pemajuan kebudayaan,” katanya di Jakarta, Rabu.

Film berjudul Tulang Belulang Tulang diproduksi oleh Adhya Pictures dan Pomp Films, serta ditulis oleh Sammaria Sari Simanjuntak dan Lies Nanci Supangkat. Kini film tersebut sudah memulai proses produksi dan melakukan pengambilan gambar perdana di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara.

Skenario cerita dari film ini adalah sebuah keluarga Batak yang ingin melaksanakan tradisi Mangokal Holi, namun koper berisi tulang belulang Kakek Buyut (Tulang Tua) hilang di bandara.

Keluarga Batak ini harus segera menemukan tulang belulang tersebut karena jika tidak maka mereka akan dikutuk sang nenek (opung) dan seluruh keluarga besar yang sudah menunggu siap berpesta di Danau Toba.

Baca juga: Kemendikbud: Skenario terpilih program Indonesiana Film tarik investor

Perjalanan mencari tulang yang hilang ini yang menjadi kekuatan dari cerita film dan rencananya akan di tayangkan di bioskop di seluruh Indonesia pada akhir 2023.

Sementara itu Mahendra mengatakan Indonesia memiliki budaya yang sangat kaya dan dapat diangkat menjadi suatu narasi kuat, bernuansa lokal untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah film.

Menurutnya, film Tulang Belulang Tulang mampu menggambarkan nilai-nilai kehidupan pada masyarakat adat, sekaligus memiliki nilai kearifan lokal yang menarik bagi masyarakat.

Kemendikbudristek pun terus memprioritaskan kebebasan masyarakat dalam berkarya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya salah satunya melalui film.

Baca juga: Kemendikbudristek: Film media belajar tepat soal perbedaan budaya

Mahendra menuturkan Kemendikbudristek terus berkomitmen melalui berbagai program strategis guna mendukung film berbasis lokal yang bernilai global. Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai kesempatan yang diberikan serta dukungan kepada para sineas Indonesia untuk bersaing di kancah internasional.

Sebagai contoh, terdapat beberapa film hasil Kompetisi Produksi Film Pendek dari 2021 dan 2022 yang memenangkan penghargaan bergengsi di luar negeri seperti film berjudul Kabar Dari Kubur yang menang pada Viddsee Jureee Asia Tahun 2022.

Kemudian film berjudul Heirlooms yang menembus Gandhara Independent Film Festival 2023, film berjudul Teh Tawar Untuk Akong, dan film Toya dan Roh Seninya yang mendapatkan kesempatan tayang di market screening pada Festival Film Clermont-Ferrand.

“Pelaksanaan produksi film yang bermuatan lokal ini harus menjadi program utama yang perlu terus dilanjutkan,” ujar Mahendra.

Baca juga: Kemendikbudristek harap film Indonesia jadi aset diplomasi budaya