Jakarta (ANTARA News) - Data citra satelit cuaca menunjukkan bahwa peluang cuaca ekstrem di wilayah Indonesia cenderung menurun, kata Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Thomas Djamaluddin.

"Namun di beberapa lokasi tetap harus diwaspadai, perlu dicermati peringatan dini harian BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)," katanya di Jakarta, Selasa.

Djamal mengatakan, suhu permukaan laut Indonesia cenderung menurun sehingga penguapan yang menjadi sumber pembentukan awan berkurang.

"Parameter Madden-Julian Oscilation (MJO) juga telah melemah yang berarti konveksi pembentukan awan telah berkurang," katanya.

Menurut dia, daerah tekanan rendah yang menjadi sumber badai tropis sementara ini juga telah berkurang sehingga kecepatan angin cenderung lebih normal dibanding hari-hari sebelumnya.

Ia menjelaskan pula bahwa data satelit BMKG menunjukkan adanya tekanan rendah di Laut Timor dan kumpulan angin memanjang dari Sumatera bagian Selatan hingga Laut Banda pada 15-17 Januari 2013.

Angin ini menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Sumatera bagian Tengah dan Selatan, Jawa, Kalimantan bagian Utara, Barat dan Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian Selatan dan Tengah, Maluku, Maluku Tenggara serta Papua.

BMKG memprakirakan, intensitas curah hujan tinggi terjadi di wilayah Jayapura dan sekitarnya sampai pertengahan Februari 2013. Curah hujan tinggi juga diprakirakan terjadi di perairan Raja Ampat, Laut Arafuru bagian Timur, serta Perairan Merauke.

(D009)