Jakarta (ANTARA) - Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) membidik momentum menjelang Pemilu 2024 untuk menggenjot pertumbuhan industri makanan dan minuman pada tahun ini.

Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman ditemui di sela Penganugerahan Penghargaan Upakarti 2022, di Jakarta, Rabu, berharap momentum menjelang pemilu akan banyak mendongkrak permintaan makanan dan minuman, khususnya untuk kebutuhan kampanye dan sebagainya.

“Kami terus terang berharap peak (puncak) yang kedua tahun ini ya, terutama kita berharap nanti di menjelang pemilu ini mulai bergerak. Kita berharap semua aktivitas akan semakin banyak dan ujung-ujungnya baik itu makanan minuman, garmen, tekstil akan terangkat semua termasuk biaya perjalanan, hotel-hotel dan sebagainya,” katanya pula.

Menurut Adhi, sebagaimana pengalaman, kenaikan aktivitas menjelang kampanye pemilu akan sangat tinggi dan akan membantu mendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman.

“Karena pengalaman dulu selama periode kampanye pemilu itu pengeluaran sangat signifikan, tiba-tiba banyak sekali yang masuk. Kita harapkan Oktober-Desember ada peak lagi menggantikan peak yang Lebaran kali ini, disambung dengan Natal dan Tahun Baru sedikit,” katanya lagi.

Adhi mengungkapkan, momentum Lebaran kali ini tidak terjadi puncak (peak) permintaan yang signifikan atas produk-produk makanan dan minuman.

Padahal, sebelumnya ia memprediksi sektor tersebut mampu bisa tumbuh sekitar 30 persen di atas rata-rata bulanan.

“Tapi ternyata tahun ini, hasil laporan kemarin, walaupun saya belum terima datanya, tapi secara lisan hampir banyak perusahaan mengatakan tidak ada puncak yang signifikan di Lebaran kali ini, dan puncaknya agak terlambat jadi kira-kira baru minggu kedua setelah puasa baru ada puncak (permintaan),” katanya.

Adhi mensinyalir permintaan yang menurun kemungkinan disebabkan karena masyarakat melakukan refocussing atau penyesuaian anggaran untuk perjalanan mudik.

“Saya membaca salah satu survei, pengeluaran masyarakat selama Lebaran ini agak berkurang, tapi meningkat di biaya perjalanan. Mungkin karena tiket naik semua ya, biaya perjalanan meningkat, tapi biaya untuk pengeluaran makanan minuman berkurang, termasuk pakaian, makanan, minuman berkurang. Jadi refocussing dalam pengeluaran masyarakat, jadi pengeluaran sedikit slow untuk makanan minuman,” katanya lagi.

Oleh karena itu, ia berharap momentum menjelang pemilu pada akhir tahun ini akan dapat menggenjot pertumbuhan sektor makanan dan minuman.

Kementerian Perindustrian mencatat industri makanan minuman pada tahun 2022 tumbuh 4,90 persen (yoy) dan menjadi kontributor terbesar terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada tahun 2022, sebesar 38,35 persen. Industri makanan minuman ditargetkan bisa tumbuh antara 5-7 persen pada tahun 2023 ini.
Baca juga: Kemenperin akan sertifikasi SDM industri makanan dan minuman
Baca juga: GAPMMI bidik mitra dari pasar Eropa dalam ajang HM 2023