Dukungan itu disampaikan pada Rabu melalui sebuah pernyataan bersama para pemimpin ASEAN, yang sedang menghadiri KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Melalui pernyataan itu, negara-negara anggota juga mendukung pernyataan Presiden Joko Widodo dalam merespons serangan yang baru-baru ini dialami Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana (AHA Centre) dan tim pemantau ASEAN di Myanmar.
“Kami mendukung upaya-upaya Ketua ASEAN, termasuk upaya Indonesia dalam melanjutkan keterlibatan para pemangku kepentingan di Myanmar, dan mendorong kemajuan implementasi Konsensus Lima Poin,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Para pemimpin ASEAN juga menyatakan kekhawatiran mereka terhadap kekerasan yang masih berlangsung di Myanmar.
Mereka mendesak segala bentuk kekerasan dan pengerahan pasukan segera dihentikan agar dialog nasional yang melibatkan semua pihak tercipta serta pengiriman bantuan kemanusiaan dapat dilakukan secara aman dan tepat waktu.
Presiden Jokowi pada Senin (8/5) kembali menyerukan penghentian kekerasan di Myanmar menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN di Labuan Bajo.
Jokowi mengatakan bahwa serangan terhadap AHA Centre dan tim pemantau ASEAN tidak akan menyurutkan tekad Indonesia dan ASEAN untuk terus menyerukan penghentian kekerasan di Myanmar.
Situasi keamanan Myanmar kian buruk sejak militer pada Februari 2021 menjatuhkan pemerintahan terpilih, yang dipimpin peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, melalui kudeta.
ASEAN telah mendesak junta untuk menerapkan rencana perdamaian Konsensus Lima Poin yang disepakati pada April 2021, yang menyerukan antara lain penghentian kekerasan, dialog dengan semua pemangku kepentingan, dan mengizinkan pemberian bantuan kemanusiaan kepada warga Myanmar.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi pada Selasa (9/5) mengatakan bahwa implementasi dari Konsensus Lima Poin telah dibahas bersama para Menlu ASEAN menjelang KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo.
Sebagai ketua ASEAN tahun ini, Indonesia memilih untuk melakukan diplomasi senyap (quiet diplomacy) dalam menyelesaikan krisis Myanmar. Retno menyebut langkah itu ditempuh untuk memberikan ruang bagi para pihak dalam membangun kepercayaan dan membuka komunikasi.
ASEAN, yang didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, saat ini beranggotakan 10 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Myanmar, serta Vietnam.
ASEAN saat ini sedang mempersiapkan peta jalan bagi Timor Leste untuk menjadi anggota ke-11 organisasi regional tersebut secara penuh.
Baca juga: Presiden Jokowi kembali serukan penghentian kekerasan di Myanmar
Baca juga: Rangkaian KTT Ke-42 ASEAN dimulai di Labuan Bajo