New York City (ANTARA) - Ada opini yang menguat soal inti dari kegelisahan warga Amerika Serikat (AS) adalah munculnya perasaan bahwa politik di Negeri Paman Sam itu sudah tidak lagi normal.

Hal tersebut dikupas dalam sebuah artikel opini berjudul There's a war raging. It's against normal politics yang dimuat di The Washington Post pada Minggu (7/5).

"Contoh yang jelas: Normal berarti menerima hasil pemilihan yang sah bahwa pihak Anda kalah dan tidak memberikan persetujuan pada serangan massa yang brutal di Capitol AS untuk membatalkan hasilnya," kata laporan itu.

Namun, jajak pendapat CBS News/YouGov baru-baru ini menemukan bahwa 69 persen pendukung Partai Republik dan warga yang condong ke arah mereka tidak percaya Presiden AS Joe Biden adalah presiden yang sah, dan 75 persen mengatakan pandangan bahwa Donald Trump menang pada pemilihan presiden 2020 menjadi alasan untuk memilihnya, urai laporan itu.

Proses rusaknya kenormalan sudah lama berkembang. Matthew Dallek, seorang sejarawan di Universitas George Washington, memandang berakhirnya Perang Dingin memiliki efek destabilisasi pada politik, melemahkan kemampuan tokoh-tokoh institusional Partai Republik untuk membendung pandangan kelompok-kelompok ekstrem mereka, urai laporan tersebut.

"Disintegrasi kenormalan terjadi bersamaan dengan disintegrasi norma, dan ini bukan kebetulan," kata Nicole Hemmer, seorang sejarawan di Universitas Vanderbilt, sebagaimana dikutip laporan tersebut.