Padang (ANTARA News)- Pengamat Pendidikan Sumatera Barat Afrianto Daud M.Ed melihat kehadiran Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Indonesia belum berperan maksimal dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Selama lebih kurang tujuh tahun perkembangannya, program RSBI sepertinya belum banyak menunjukkan keberhasilan sebagaimana semangat awal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia anak bangsa, kata Afrianto Daud melalui surat elektronik dari Australia, Senin.
Menurut dia, walaupun ada yang berpendapat mayoritas siswa lulusan RSBI memperoleh nilai di atas rata-rata pada ujian nasional dan banyak diterima di perguruan tinggi negeri, hal itu tidak dapat dilihat sepenuhnya sebagai keberhasilan.
Menjadikan hal itu sebagai indikator keberhasilan RSBI jelas sangat tidak cukup, dan terkesan menyederhanakan masalah, kata dia yang merupakan kandidat PhD di Fakultas Pendidikan, Monash University Australia.
Ia memandang, penilaian seperti itu tidak hanya berpotensi bias, karena mayoritas siswa RSBI memang sudah menjadi siswa pilihan sebelum mereka masuk dan hal yang sama juga dapat dilakukan oleh sekolah nasional lain yang tidak berlabel RSBI.
Kemudian, hal yang menjadi sorotan RSBI adalah potensi diskriminasi dimana yang banyak diterima berasal dari kalangan menengah ke atas dan dengan kemampuan akademik di atas rata-rata. Artinya, mereka yang memiliki kemampuan akademik rata-rata dan berasal dari keluarga miskin sangat kecil kemungkinan dapat menikmati proses pendidikan di lingkungan RSBI, kata dia.
Ia berpendapat, pemerintah perlu belajar tentang pendidikan kepada Finlandia yang dikenal sebagai salah satu negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia.
Finlandia menjadi yang terbaik di dunia karena kebijakan pendidikan konsisten selama lebih dari 40 tahun walau partai yang memerintah berganti. Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah dimana sekolah swasta dapat bantuan yang sama dengan sekolah negeri, katanya.
Belajar dari Finladia, guru tak hanya sebatas pengajar tapi mereka pakar kurikulum dimana kurikulumnya sangat berbeda di setiap sekolah namun tetap berjalan di bawah panduan resmi pemerintah. Kemudian, guru-guru di Finlandia semuanya tamatan S2 dan dipilih dari lulusan terbaik di berbagai universitas dimana penduduknya merasa lebih terhormat mejadi guru daripada dokter atau insinyur.
Ia menambahkan, pemerintah harus terus memastikan akses pendidikan yang berkualitas adalah hak seluruh anak bangsa tanpa membedakan latar belakang ekonomi dan potensi akademik.
(ANTARA)
RSBI belum berperan maksimal majukan pendidikan
14 Januari 2013 13:38 WIB
Ilustrasi - Siswa belajar di RSBI. (FOTO ANTARA/Muhammad Iqbal)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: