Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan keberhasilan memperbaiki gizi setiap bayi menjadi penentu penurunan angka prevalensi stunting sepanjang tahun 2023.

“Kita terus melakukan terobosan yang semuanya difokuskan dan harus dipastikan bahwa makanan (bergizi) sampai ke setiap mulut anak dan ibu hamil,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Selasa.

Hasto menuturkan angka prevalensi stunting sudah turun menjadi 21,6 persen berdasarkan SSGI 2023, setelah pada tahun 2022 angkanya 24,4 persen. Namun belum menyentuh capaian yang disepakati bersama Presiden Joko Widodo sebesar 14 persen pada tahun 2024.

Karena itu pemerintah memutuskan menggunakan empat skema dana supaya makanan bergizi yang mengandung protein hewani seperti telur dan ikan sampai ke setiap keluarga berisiko stunting di seluruh negeri.

Menurutnya, dana tersebut - sebagaimana disetujui dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) - bisa digunakan untuk membelikan makanan tambahan pada setiap ibu hamil dan anak stunting.

Baca juga: BKKBN minta daerah serap BOKB 2023 optimal, turunkan stunting
Baca juga: BKKBN sebut keluarga berkualitas kunci capai target SGDs tahun 2023

Kemudian skema Dana Alokasi Khusus (DAK) yang semula diberikan pemerintah sebagai anggaran biskuit, kini diberikan pada kabupaten/kota untuk membeli makanan lokal yang mempermudah setiap daerah menjangkau pangan bergizi, seperti daun kelor.

“Ketiga ada bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos) melalui dana Program Keluarga Harapan (PKH) plus bantuan pangan non-tunai yang disasarkan pada keluarga berisiko stunting,” ujarnya.

BKKBN juga terus memperkuat keterlibatan setiap pihak melalui Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), dimana setiap bapak/ibu yang terlibat mendonasikan uang setiap bulan untuk dikelola menjadi menu makanan sehat.

Di samping itu pemerintah juga membentuk Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk membagikan ayam dan telur pada jutaan keluarga yang menjadi target sasaran stunting.

“Kita inginnya akhir tahun 2023 angkanya 18 persen. Harapan saya dari 21 jadi 18 persen, kemudian akhir 2024 harapannya 14 persen meski koma sekian. Itu skenarionya,” ujar Hasto.

Baca juga: BKKBN: Food bank alternatif kurangi stunting dan makanan terbuang
Baca juga: BKKBN: Kehadiran food bank di masjid bukti nyata warga peduli stunting