Pelatih CLS Knights sadari timnya kerap ragu
14 Januari 2013 03:12 WIB
Pebasket Satria Muda Britama Vamiga Michel (kanan) dihadang pebasket CLS Knights Surabaya Ernest Koswara (kiri) pada pertandingan Seri II National Basketball League (NBL) di Hall A Senayan, Jakarta, Minggu (13/1) malam. Satria Muda menang atas CLS Knights dengan skor 76-46. (FOTO ANTARA/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Pelatih CLS Knights Surabaya, Eduard Santos Vergeire, menyadari penampilan timnya yang kerap ragu dalam menentukan keputusan saat memegang bola apakah menembak langsung atau mengumpan saat dikalahkan Satria Muda Britama Jakarta.
"Sebetulnya wajar, karena keraguan kerap muncul ketika anda memegang bola apakah ingin menembak atau memberi umpan, namun penampilan kami memang sedang `off` tadi," kata Eduard yang ditemui seusai timnya kalah dengan skor 46-76 di Gedung Basket Hall A Senayan, Jakarta, Minggu (13/1) malam.
Menurut Eduard naik turunnya penampilan memang cukup wajar dalam sebuah permainan.
"Tidak setiap saat anda memenangkan pertandingan, tidak selamanya permainan timmu selalu baik, terkadang mereka bermain di level yang sangat rendah," ujar dia.
Eduard memastikan bahwa kekalahan mereka lebih karena penampilan tim berada di bawah rata-rata.
Meski demikian Eduard menyampaikan bahwa ia bersama timnya selalu memegang teguh prinsip bahwa mereka tidak boleh patah semangat.
"Saya selalu berkata kepada mereka, kita mungkin kalah dalam pertandingan, tapi kita tak bisa kehilangan semangat," ujar Eduard.
Statistik pertandingan memang memperlihatkan bagaimana rendahnya akurasi tembakan para pemain CLS dalam pertandingan tersebut.
Secara keseluruhan percobaan tembakan dua angka, CLS hanya mampu mencapai akurasi 26 persen atau 10 kali berhasil dari 39 kali percobaan. Sementara dalam hal tembakan tiga angka jauh lebih rendah, yaitu hanya enam persen, atau sekali saja berhasil dari 17 kali percobaan.
Meski demikian, angka statistik untuk lemparan bebas CLS cukup baik yaitu dengan akurasi sebesar 74 persen atau 23 kali berhasil dari 31 kali percobaan.
Febri sendiri, menjadi kolektor poin terbanyak dalam pertandingan tersebut, dengan mengemas 15 angka yang sembilan di antaranya diciptakan dari tembakan bebas.
Namun sayangnya, kehadiran Febri sebagai peraih angka terbanyak tak mampu membantu CLS memperkecil ketertinggalan yang mencapai 30 poin.
SM keluar sebagai pemenang dengan skor akhir 76-46 melalui permainan kolektif yang diperagakan dan membuat CLS yang lebih banyak bergantung pada kehadiran Febri, tertinggal jauh saat sang bintang tak hadir di lapangan.
Di kubu SM terdapat empat pemain yang mengoleksi poin "double-digit", yaitu Frida Aris Susanto, Vamiga Michel, Bonanza Siregar, dan pemain senior, Rony Gunawan, masing-masing mencetak 14, 13, 11, dan 12 poin.
Bonanza Siregar pantas mendapat sorotan karena mengemas akurasi tembakan tiga angka sebesar 75 persen atau tiga kali sukses dari empat kali percobaan.
Selama seri kedua NBL, CLS masih menyisakan tiga laga yaitu melawan NSH GMC Riau pada Selasa (15/1), Bimasakti Nikko Steel Malang pada Kamis (17/1) dan Pelita Jaya Esia Jakarta pada Sabtu (19/1). (G006)
"Sebetulnya wajar, karena keraguan kerap muncul ketika anda memegang bola apakah ingin menembak atau memberi umpan, namun penampilan kami memang sedang `off` tadi," kata Eduard yang ditemui seusai timnya kalah dengan skor 46-76 di Gedung Basket Hall A Senayan, Jakarta, Minggu (13/1) malam.
Menurut Eduard naik turunnya penampilan memang cukup wajar dalam sebuah permainan.
"Tidak setiap saat anda memenangkan pertandingan, tidak selamanya permainan timmu selalu baik, terkadang mereka bermain di level yang sangat rendah," ujar dia.
Eduard memastikan bahwa kekalahan mereka lebih karena penampilan tim berada di bawah rata-rata.
Meski demikian Eduard menyampaikan bahwa ia bersama timnya selalu memegang teguh prinsip bahwa mereka tidak boleh patah semangat.
"Saya selalu berkata kepada mereka, kita mungkin kalah dalam pertandingan, tapi kita tak bisa kehilangan semangat," ujar Eduard.
Statistik pertandingan memang memperlihatkan bagaimana rendahnya akurasi tembakan para pemain CLS dalam pertandingan tersebut.
Secara keseluruhan percobaan tembakan dua angka, CLS hanya mampu mencapai akurasi 26 persen atau 10 kali berhasil dari 39 kali percobaan. Sementara dalam hal tembakan tiga angka jauh lebih rendah, yaitu hanya enam persen, atau sekali saja berhasil dari 17 kali percobaan.
Meski demikian, angka statistik untuk lemparan bebas CLS cukup baik yaitu dengan akurasi sebesar 74 persen atau 23 kali berhasil dari 31 kali percobaan.
Febri sendiri, menjadi kolektor poin terbanyak dalam pertandingan tersebut, dengan mengemas 15 angka yang sembilan di antaranya diciptakan dari tembakan bebas.
Namun sayangnya, kehadiran Febri sebagai peraih angka terbanyak tak mampu membantu CLS memperkecil ketertinggalan yang mencapai 30 poin.
SM keluar sebagai pemenang dengan skor akhir 76-46 melalui permainan kolektif yang diperagakan dan membuat CLS yang lebih banyak bergantung pada kehadiran Febri, tertinggal jauh saat sang bintang tak hadir di lapangan.
Di kubu SM terdapat empat pemain yang mengoleksi poin "double-digit", yaitu Frida Aris Susanto, Vamiga Michel, Bonanza Siregar, dan pemain senior, Rony Gunawan, masing-masing mencetak 14, 13, 11, dan 12 poin.
Bonanza Siregar pantas mendapat sorotan karena mengemas akurasi tembakan tiga angka sebesar 75 persen atau tiga kali sukses dari empat kali percobaan.
Selama seri kedua NBL, CLS masih menyisakan tiga laga yaitu melawan NSH GMC Riau pada Selasa (15/1), Bimasakti Nikko Steel Malang pada Kamis (17/1) dan Pelita Jaya Esia Jakarta pada Sabtu (19/1). (G006)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013
Tags: