Ekonom Bank Mandiri sebut kinerja perbankan masih sehat
9 Mei 2023 18:13 WIB
Foto dokumen: Nasabah melakukan transaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) kawasan Jakarta Selatan, Senin (9/1/2023). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.)
Jakarta (ANTARA) - Head of Macroeconomic & Financial Market Research PT Bank Mandiri Tbk Dian Ayu Yustina menyebut kinerja sektor perbankan di Indonesia masih sehat di tengah kegagalan tiga bank di Amerika.
Menurut dia, hal tersebut dikarenakan eksposur perbankan yang bermasalah di Amerika yang minim kepada bank di Indonesia.
“Dilihat dari berbagai indikator, resiliensi perbankan kita masih sangat baik. CAR (Capital Adequcy Rasio) kita masih mencapai level di atas ketentuan sebesar 25,88 persen,” katanya dalam Media Gathering daring, Selasa.
Kondisi perbankan Indonesia saat ini juga lebih baik dibandingkan saat krisis ekonomi global pada 2008 dimana saat itu permodalan perbankan yang tampak dari CAR hanya mencapai 16,76 persen.
Baca juga: Hampir separuh warga AS cemas dengan keamanan uang mereka di bank
Di kuartal I 2023, Loan to Deposit Rasio (LDR) perbankan nasional yang sebesar 79,81 persen juga dipandang cukup baik, demikian pula kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang rendah sebesar 2,59 persen.
Sampai akhir 2023, ia memperkirakan LDR perbankan nasional dapat terus dijaga di kisaran 80 persen seiring dengan pertumbuhan kredit sebesar 10,1 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,4 persen.
Likuiditas diperkirakan akan meningkat di semester II 2023 dengan DPK yang kembali tumbuh sebesar 8 persen dari sebelumnya tumbuh 7 persen di kuartal I 2023.
Adapun pelemahan pertumbuhan DPK di kuartal I 2023 disebabkan oleh faktor musiman dimana masyarakat melakukan persiapan menjelang Ramadhan dan Lebaran yang jatuh pada kuartal II 2023.
“Jadi memang ada penarikan uang dari perbankan, ini membuat kondisi likuiditas kita meningkat. Ini musiman. Di periode berikutnya, ketika spending pemerintah meningkat sesuai season, seharusnya likuiditas bisa membaik,” katanya.
Baca juga: BI yakini kebangkrutan bank di AS tidak berdampak besar ke Tanah Air
Menurut dia, hal tersebut dikarenakan eksposur perbankan yang bermasalah di Amerika yang minim kepada bank di Indonesia.
“Dilihat dari berbagai indikator, resiliensi perbankan kita masih sangat baik. CAR (Capital Adequcy Rasio) kita masih mencapai level di atas ketentuan sebesar 25,88 persen,” katanya dalam Media Gathering daring, Selasa.
Kondisi perbankan Indonesia saat ini juga lebih baik dibandingkan saat krisis ekonomi global pada 2008 dimana saat itu permodalan perbankan yang tampak dari CAR hanya mencapai 16,76 persen.
Baca juga: Hampir separuh warga AS cemas dengan keamanan uang mereka di bank
Di kuartal I 2023, Loan to Deposit Rasio (LDR) perbankan nasional yang sebesar 79,81 persen juga dipandang cukup baik, demikian pula kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang rendah sebesar 2,59 persen.
Sampai akhir 2023, ia memperkirakan LDR perbankan nasional dapat terus dijaga di kisaran 80 persen seiring dengan pertumbuhan kredit sebesar 10,1 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,4 persen.
Likuiditas diperkirakan akan meningkat di semester II 2023 dengan DPK yang kembali tumbuh sebesar 8 persen dari sebelumnya tumbuh 7 persen di kuartal I 2023.
Adapun pelemahan pertumbuhan DPK di kuartal I 2023 disebabkan oleh faktor musiman dimana masyarakat melakukan persiapan menjelang Ramadhan dan Lebaran yang jatuh pada kuartal II 2023.
“Jadi memang ada penarikan uang dari perbankan, ini membuat kondisi likuiditas kita meningkat. Ini musiman. Di periode berikutnya, ketika spending pemerintah meningkat sesuai season, seharusnya likuiditas bisa membaik,” katanya.
Baca juga: BI yakini kebangkrutan bank di AS tidak berdampak besar ke Tanah Air
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: