Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut bahwa keluarga yang berkualitas merupakan kunci utama Indonesia untuk bisa mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) pada tahun 2030.


“Untuk mencapai visi dan target SDGs 2030, kita harus mengupayakan agar keluarga-keluarga muda berkualitas sebab itu adalah kunci Indonesia Emas atau 100 tahun Indonesia merdeka,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Selasa.


Hasto menuturkan salah satu visi pemerintah di tahun 2045 adalah sumber daya manusia yang unggul, berbudaya, dan menguasai IPTEK. Dengan harapan di tahun 2045 atau ketika 100 tahun Indonesia merdeka akan tercipta generasi emas yang berdaulat, maju, adil, dan mandiri.


Dengan demikian pembangunan keluarga yang berkualitas, dituangkan ke dalam sejumlah target SDGs di tahun 2030 yang diantaranya adalah menghilangkan kelaparan dan menurunkan risiko kekurangan gizi, mengurangi rasio angka kematian Ibu, menurunkan angka kematian neonatal, serta akses kesehatan reproduksi yang universal.

Baca juga: BKKBN : Pemprov Kalteng perhatikan angka kelahiran total masih tinggi

Baca juga: BKKBN: Pengembangan Kampung KB fokus bangun SDM sejahtera



Sebab pembangunan kualitas keluarga masih terkendala beberapa masalah kesehatan seperti angka stunting dan capaian I-Bangga yang masih perlu ditingkatkan.

Angka prevalensi stunting yang memang sudah turun menjadi 21,6 persen di tahun 2022 lalu, dinyatakan masih terbilang cukup tinggi karena melebihi ketentuan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang berada di batas 10 persen.


Kemudian capaian I-Bangga secara nasional saja pada tahun 2022 belum mencapai target 57. Angkanya masih berada di skala 56,07. Terlebih masih ada provinsi dengan nilai I-Bangga yang rendah seperti Papua, Papua Barat dan NTT.


Hasto menjelaskan semakin tinggi nilai I-Bangga sebuah daerah, maka kualitas keluarga yang ditunjukkan melalui ketentraman, kemandirian dan kebahagiaan keluarga di daerah tersebut masuk dalam kategori tangguh. Sebaliknya, semakin rendah maka menunjukkan kualitas keluarga masuk kategori yang rentan dan memerlukan intervensi.


“Dikarenakan pembangunan keluarga adalah fondasi utama tercapainya kemajuan bangsa, tahun 2025-2035 merupakan fase puncak periode bonus demografi yang harus terus dikapitalisasi,” katanya.


Dalam mendukung pemerintah mencapai target yang telah disepakati bersama itu, BKKBN mensinkronisasikan target SGDs dengan Program Bangga Kencana untuk menciptakan keluarga sehat, produktif, dan berkualitas menuju Indonesia Emas 2045.


Menurutnya dikarenakan tahun 2025-2035 diprediksi sebagai masa Indonesia memasuki masa bonus demografi atau kondisi sebuah negara didominasi oleh penduduk usia produktif, Bangga Kencana menargetkan generasi milenial dan post-milenial sebagai sasaran utamanya.


Selama menargetkan kedua generasi itu, Hasto memastikan bahwa hal dalam Program Bangga Kencana yang disosialisasikan bukan semata-mata hanya terkait dengan program KB, namun membangun keluarga secara utuh dalam berbagai dimensinya dari kesehatan, kemandirian hingga mengentaskan kemiskinan ekstrem.


“Maka dari itu, terkait persoalan stunting masih menjadi problem (masalah) bagi keluarga Indonesia, BKKBN bertanggungjawab untuk menyelesaikannya. Makanya sekarang kita harus meningkatkan pendataan kesehatan calon pengantin untuk diisi di Aplikasi Elsimil,” katanya.

Baca juga: BKKBN padukan pendekatan dan delapan fungsi keluarga atasi stunting

Baca juga: BKKBN: Butuh keterlibatan tokoh agama data calon pengantin di Elsimil