Jayapura (ANTARA News) - Tradisi membuat mentato tubuh Suku Moi di Kabupaten Sorong, Papua Barat, mulai luntur, kata peneliti di Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto.
"Saat ini hanya generasi tua Suku Moi yang masih mentato pada tubuhnya, sedangkan generasi mudanya sudah tidak menerapkan tato lagi," kata Hari Suroto di Jayapura, Papua, Minggu.
"Generasi muda saat ini sudah tidak bertato lagi, mungkin juga karena
perkembangan jaman ataupun norma dan etika pekerjaan yang ada saat ini,"
kata alumnus Universitas Udayana Bali itu.
Ia menjelaskan, Suku Moi atau Malamoi punya tradisi menghias tubuh dengan tato bermotif khas, yang diperkenalkan oleh penutur
Austronesia dari Asia Tenggara yang bermigrasi ke wilayah Sorong, Papua
Baray, pada jaman neolitik.
"Motif tato ini berupa motif geometris atau garis-garis melingkar serta
titik-titik berbentuk segitiga kerucut atau tridiagonal yang
dibariskan," katanya.
Mereka membuat tato dengan mencelupkan duri pohon sagu atau tulang ikan ke campuran arang halus (yak kibi) dan getah pohon langsat (loum), lalu menusukkannya ke bagian tubuh seperti dada, pipi, kelopak mata, betis, pinggul dan punggung.
"Desain tato disesuaikan dengan luas sempit bagian tubuh yang hendak ditato, misalnya tato di hidung akan mengikuti bentuk hidung," katanya.
Menurut Hari, tradisi tato Suku Moi perlu dilestarikan. "Pelestarian tradisi suku Moi bisa dilakukan dengan melakukan penelitian dan pendokumentasian, dan mewariskannya ke generasi muda," katanya.
(ANT)
Tradisi tato Suku Moi Papua Barat mulai luntur
13 Januari 2013 14:22 WIB
Suku Moi di Papua Barat punya tradisi menghias tubuh dengan tato. (ANTARA/Alexander W Loen)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013
Tags: