Jakarta (ANTARA) - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hendris Wongso berhasil mengembangkan senyawa radio-fluorescent sebagai kandidat untuk deteksi sel kanker pada bedah tumor.

"Pengembangan senyawa radio-fluorescent merupakan salah satu riset yang sedang berjalan di BRIN," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Selasa.
Hendris menjelaskan bahwa riset pengembang senyawa hybrid radio-fluorescent telah dilakukan sejak tahun 2021.

Baca juga: Sejumlah obat kanker berbiaya mahal diperdebatkan masuk FORNAS
Menurutnya, kegiatan riset ini berpotensi untuk dapat langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam beberapa tahun ke depan, diharapkan dapat menghasilkan produk untuk aplikasi image-guided surgery kanker pada bidang kedokteran nuklir atau onkologi.

"Melalui dukungan pendanaan dari program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM), kami berhasil menyintesis beberapa senyawa radio-fluorescent baru sebagai kandidat untuk deteksi sel kanker pada proses image-guided surgery," kata Hendris.

Hendris tergabung dalam kelompok riset teknologi radiofarmaka pada Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) di Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN.

Pada 2010, dia lulus sarjana dari jurusan biologi Universitas Tanjung pura di Kalimantan Barat. Pada 2015 hingga 2020 melanjutkan tugas belajar S2 dan S3 fast track di University of Wollongong Australia, jurusan Chemistry and Molecular Biosciences.

Tahun ini, dia terpilih sebagai salah seorang dari 12 periset yang menerima Penghargaan Periset BRIN berkat temuannya tersebut.

Hendris mengungkapkan saat ini ada tiga jenis pengobatan yang paling sering digunakan bagi penderita kanker, yaitu kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan. Pemilihan penanganan yang tepat sangat bergantung pada karakteristik kanker yang diderita pasien.

Baca juga: Ilmuwan temukan kombinasi obat untuk kanker kepala dan leher
Dia menjelaskan bahwa umumnya pengobatan dengan metode kemoterapi dan radioterapi lebih sesuai diberikan pada non-solid kanker. Sedangkan kanker yang berbentuk solid atau tumor harus melalui proses pembedahan sebagai pilihan penanganan yang tepat.

Keberhasilan pembedahan pada berbagai jenis tumor masih relatif rendah seiring dengan tingginya angka rekurensi. Rekurensi kanker artinya munculnya kanker setelah operasi atau pada rentang waktu setelah pasien dinyatakan sembuh.

Hal tersebut disebabkan oleh ketidaksempurnaan prosedur pembedahan lantaran tidak semua sel kanker dapat diangkat. Akibatnya, sel-sel kanker sisa operasi dapat membentuk tumor baru, bahkan menyebar dan menjadi tumor baru di jaringan tubuh lainnya.

Pada prosedur pembedahan, proses lokalisasi jaringan tumor oleh ahli bedah masih banyak mengandalkan teknik konvensional, yaitu dengan perabaan dan penglihatan. Di lain pihak, penggunaan radiofarmaka untuk proses pembedahan masih menyisakan banyak kelemahan, terutama rendahnya resolusi gambar yang dihasilkan, sehingga teknik ini dinilai belum optimal.

"Proses pembedahan tumor dengan menggunakan senyawa hybrid berbasis radionuklida dan fluoresen (radio-fluorescent) telah menjadi tren riset di beberapa negara maju. Senyawa hybrid dapat diperoleh dari proses konjugasi (pelabelan) senyawa aktif atau obat dengan radionuklida dan fluorophore," kata Hendris.

BRIN merupakan lembaga riset pertama di Indonesia yang mulai mengembangkan senyawa hybrid untuk tujuan pembedahan tumor. Riset tersebut dimulai pada 2020 dengan dukungan pendanaan dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF).

Pada 2022-2024, Hendris berencana melanjutkan pengembangan senyawa hybrid dengan fokus pada studi in vitro dan vivo hingga terbentuknya prototipe yang siap uji praklinis.

Dia optimistis tema riset yang terbilang baru ini memiliki potensi untuk menghasilkan terobosan di bidang ilmu pengetahuan sekaligus melahirkan produk unggulan di bidang onkologi dan kedokteran nuklir.

"Lebih jauh, riset ini dapat mereduksi gap pengetahuan dengan negara-negara maju yang telah lebih dulu berada di depan. Tahapan riset untuk 2022, diawali dengan proses sintesis senyawa hybrid, diikuti proses elusidasi dan karakterisasi molekul, analisis in vitro fluoresen imaging pada sel line kanker," jelas Hendris.

Baca juga: Perlu solusi atasi mahalnya pengobatan kanker

Baca juga: Institut Teknologi Sumatera teliti obat antikanker berbahan alami
Selanjutnya, dia akan melakukan studi uptake dan spesifisitas seluler, studi biokompatibiliti dan antikanker, uji biodistribusi, dan uji coba pembedahan pada hewan model.

Jenis senyawa hybrid yang disintesis merupakan senyawa baru, mengandung unsur novelty, dan originalitas yang tinggi, serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

BRIN melakukan sinergi bersama beberapa mitra strategis guna mengakselerasi tercapainnya hasil yang optimal, yaitu Universitas Padjadjaran, Universitas Jember, dan PT Kalbe Farma. Bahkan, lembaga riset pelat merah ini juga berencana menginisiasi kerja sama internasional dengan para periset dari Australia dan Jepang.