"Karena aku orang terakhir ya, geregetan sekali ya, karena itu cuma kepeleset saja. Tapi oke lah, menurut aku itu kan kita gak punya fasilitas ya, nah mereka (tim Filipina) lima tahun lebih sudah duluan punya fasilitas ya, buat aku lebih ngelawan kita lah," kata Mudji saat ditemui setelah tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa dini hari WIB.
Dengan hasil itu, tim Indonesia hanya mendapat medali perak pada nomor Tim Relay Putri-Country Olympic. Selain medali perak tersebut, cabang olahraga obstacle race juga menyumbang dua medali perunggu, yakni dari nomor Tim Relay Putra-Country Olympic dan nomor tunggal putri.
Mudji yang juga merupakan atlet cabang olahraga panjat tebing itu kemudian menyatakan bahwa masa persiapan tim obstacle race Indonesia cukup singkat, yakni hanya satu bulan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan pada April lalu. Pemusatan latihan itu dilakukan di Filipina, karena di negara tersebut sudah terdapat jalur permanen untuk olahraga itu.
Mudji, yang merupakan istri atlet panjat tebing nasional Aspar Jaelolo itu, merasa optimistis dengan masa depan cabang olahraga obstacle race di Indonesia. Menurutnya, jika fasilitas latihan di Indonesia sudah ada, maka tim Indonesia akan mudah mengejar ketertinggalannya dari tim kuat Asia Tenggara saat ini, Filipina.
"Menurut aku kalau misalnya obstacle ini sudah berkembang di Indonesia, kayaknya lebih maju Indonesia deh. Lebih cepat untuk majunya Indonesia. Soalnya kita cuma sedikit, cuma sebulan preparenya, dan kita setara gak terlalu jauh lah sama mereka. Sedangkan mereka kan sudah lima tahun yang lalu kan. Gampang lah kalau sudah ada fasilitasnya," kata atlet 32 tahun itu.
Baca juga: Obstacle race sabet tiga medali untuk Indonesia di SEA Games Kamboja
Baca juga: Dua cabang baru diusulkan menjadi anggota KOI pada kongres 2023
Baca juga: Indonesia kirim cabor Obsctacle Course Race ke SEA Games 2019