Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi ke depan akan tetap kuat, setelah tumbuh 5,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I-2023.

"Perkiraan ini didukung konsumsi swasta yang kemungkinan makin baik seiring meningkatnya mobilitas, membaiknya keyakinan konsumen, dan menguatnya daya beli sebagai dampak dari penurunan inflasi," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2023 di Jakarta, Senin.

Selain itu, ia menuturkan investasi akan tetap berlanjut lantaran didukung oleh investasi non bangunan yang tetap kuat, sejalan dengan perbaikan konsumsi domestik dan dampak hilirisasi.

Kinerja ekspor juga akan tetap kuat didorong oleh ekspor non migas yang tumbuh tinggi dengan negara tujuan utama Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan Jepang.

Baca juga: Kemenkeu lihat ekonomi kuartal II akan lebih baik berkat momen Lebaran

Dengan berbagai perkembangan tersebut, Sri Mulyani optimis pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan bias ke atas dalam kisaran proyeksi 4,5 persen sampai 5,3 persen.

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2023 tercatat sebesar 5,03 persen (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya di level 5,01 persen (yoy).

"Tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh ekspor yang tetap tumbuh tinggi, konsumsi swasta yang membaik, konsumsi pemerintah yang tumbuh positif, dan pertumbuhan investasi non bangunan yang tetap baik," jelasnya.

Sementara itu, tekanan inflasi terus menurun, dengan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang turun menjadi 4,33 persen (yoy) pada April 2023 dari 5,51 persen (yoy) pada Desember 2022.

Baca juga: Airlangga ungkap keberhasilan pertumbuhan ekonomi Indonesia

Inflasi inti pun terus melambat menjadi 2,83 persen (yoy) dipengaruhi ekspektasi inflasi dan imported inflation yang menurun, serta pasokan agregat yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan. Selain itu, inflasi pangan bergejolak (volatile food) tetap terkendali, sebesar 3,74 persen (yoy).

"Berlanjutnya penurunan inflasi merupakan dampak positif kebijakan moneter BI yang pre-emptive dan forward looking, serta sinergi yang erat dalam pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah pusat dan daerah, antara lain melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah," tutur Menkeu.

Ke depan, ia memperkirakan inflasi tetap terkendali di mana inflasi inti diproyeksikan terkendali dalam kisaran 2-4 persen di sisa tahun 2023 dan inflasi IHK dapat kembali ke dalam sasaran 2-4 persen lebih awal dari perkiraan sebelumnya.