BNSP lirik Namira Ecoprint jadi proyek percontohan UMKM
8 Mei 2023 18:11 WIB
Ketua BNSP Kunjung Masehat (dua dari kanan) saat melakukan kunjungan ke Namira Ecoprint, salah satu usaha mikro kecil dan menengah binaan Kadin Jawa Timur. (ANTARA/HO-Kadin Jatim)
Surabaya (ANTARA) - Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melirik Namira Ecoprint, salah satu usaha mikro kecil dan menengah binaan Kadin Jawa Timur untuk menjadi proyek percontohan UMKM berkonsep ekonomi hijau.
Ketua BNSP Kunjung Masehat dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Senin, mengaku terkesan dan tertarik terhadap upaya Namira Ecoprint dalam menerapkan konsep ekonomi hijau pada proses bisnisnya.
"Setelah kami lihat, proses bisnis Namira Ecoprint ini telah mencerminkan tiga pilar, mulai dari proses produksi yang tidak menggunakan bahan kimia, hingga pemanfaatan limbah produksi untuk kompos serta kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar. Ini layak menjadi pilot project UMKM Green Production. Nanti akan kami promosikan," ujarnya.
Ia menjelaskan, Green Economy atau ekonomi hijau adalah salah satu isu yang tengah menjadi bahasan di dunia. Yaitu suatu gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan.
Kunjung Masehat menegaskan, ada 15 indikator dalam Green Economy Index (GEI) Indonesia yang mencakup tiga pilar, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan, yang mencerminkan pembangunan ekonomi hijau.
Selama ini, kata dia, batik selalu identik dengan penggunaan bahan kimia, seperti penggunaan warna sintetik serta bahan "malam" untuk pewarnaan. Sehingga limbah yang dihasilkan sangat mengganggu lingkungan. Selain itu menjadi habbit atau kebiasaan di industri kimia.
Baca juga: BNSP sertifikasi tenaga kerja konstruksi IKN tingkatkan daya saing
Baca juga: Kadin Jatim mendirikan rumah vokasi sebagai rumah bersama
"Sering kali di industri batik, masyarakatnya banyak yang komplain terkait limbahnya. Saya juga pernah berkunjung ke perusahaan yang memproduksi singkong, limbahnya sangat banyak. Sementara di sini tidak ada limbah. Tidak ada sampah yang mencemari lingkungan, zero wash. Dan BNSP sedang gencar menyosialisasikan sertifikasi green productivity, lagi promosikan produk seperti ini," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kadin Institute Nurul Indah Susanti menyatakan, Kadin memiliki banyak UMKM binaan yang telah dilatih dan disertifikasi oleh Kadin Institute bekerja sama dengan BNSP.
"Pilihan kami jatuh pada Namira Ecoprint. Menurut kami UMKM ini layak dipromosikan karena komitmennya dalam menerapkan konsep ekonomi hijau serta keaktifannya dalam setiap kegiatan dan juga sertifikasi produk yang telah didapatkan," ungkap Nurul.
Apalagi produk Namira Ecoprint ini juga telah diakui di banyak negara. Ini dibuktikan saat Namira ikut Misi Dagang ke sejumlah negara, produknya selalu laris manis diborong oleh masyarakat di negara tersebut, di antaranya ke Jeddah Arab Saudi, Hong Kong, Malaysia dan Timur Leste.
"Semua mengakui kualitasnya dan efeknya mendapatkan order. Artinya, kualitas produk yang dihasilkan Namira Ecoprint, sudah lolos dan layak dibawa ke luar negeri. Inilah yang secara terus menerus dilakukan oleh Kadin Jatim di Wakil Ketua Umum Bidang UMKM dan Kadin Institute dari sisi pelatihan dan sertifikasinya," ujarnya.
Terlebih Namira Ecoprint juga memiliki komitmen mendukung revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi dengan menerima pemagangan sejak beberapa tahun yang lalu. Namira Ecoprint juga membuka kelas untuk Perguruan Tinggi agar mahasiswanya bisa kuliah praktik di tempatnya.
"Juga masyarakat sekitar sini, mereka diajari bagaimana membuat produk yang bernilai ekonomi tinggi," katanya.
Owner Namira Ecoprint Yayuk Eko Agustin dan suami Didik Edy Susilo mengatakan sangat senang karena sejauh ini Namira Ecoprint memang menaruh perhatian kepada produk ramah lingkungan.
Untuk pewarnaan, Namira Ecoprint menggunakan dedaunan yang sangat berlimpah di Indonesia. Mulai dari daun jati, daun pisang, daun mangga, daun eukaliptus, dan masih banyak lagi.
"Indonesia punya banyak tumbuh-tumbuhan yang ada butir hijau daunnya, seperti tanaman untuk jamu, semua bisa digunakan. Daun mangga pun bisa digunakan untuk pewarnaan. Dari alam untuk alam," kata Yayuk.
Dalam pengembangan, ia mengaku sangat banyak dibantu Kadin Jatim dan Kadin Institute, diajak Misi Dagang ke banyak negara seperti ke Malaysia dan Thailand.
"Artinya kami diberi tempat untuk berkembang karena isu ramah lingkungan sangat luar biasa. Dan saya adalah satu-satunya ecoprint yang mendapatkan sertifikasi dari PT. Mutu Internasional, lembaga verifikasi ekolabel swadeklarasi yang terdaftar di KLH karena bahan saya tidak ada yang dari kimia," kata dia.
Baca juga: Kadin Jatim tindak lanjuti tujuh tuntutan buruh saat "May Day"
Baca juga: Kadin gelar Jatim Halal Fest 2023 percepat pengembangan industri
Ketua BNSP Kunjung Masehat dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Senin, mengaku terkesan dan tertarik terhadap upaya Namira Ecoprint dalam menerapkan konsep ekonomi hijau pada proses bisnisnya.
"Setelah kami lihat, proses bisnis Namira Ecoprint ini telah mencerminkan tiga pilar, mulai dari proses produksi yang tidak menggunakan bahan kimia, hingga pemanfaatan limbah produksi untuk kompos serta kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar. Ini layak menjadi pilot project UMKM Green Production. Nanti akan kami promosikan," ujarnya.
Ia menjelaskan, Green Economy atau ekonomi hijau adalah salah satu isu yang tengah menjadi bahasan di dunia. Yaitu suatu gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan.
Kunjung Masehat menegaskan, ada 15 indikator dalam Green Economy Index (GEI) Indonesia yang mencakup tiga pilar, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan, yang mencerminkan pembangunan ekonomi hijau.
Selama ini, kata dia, batik selalu identik dengan penggunaan bahan kimia, seperti penggunaan warna sintetik serta bahan "malam" untuk pewarnaan. Sehingga limbah yang dihasilkan sangat mengganggu lingkungan. Selain itu menjadi habbit atau kebiasaan di industri kimia.
Baca juga: BNSP sertifikasi tenaga kerja konstruksi IKN tingkatkan daya saing
Baca juga: Kadin Jatim mendirikan rumah vokasi sebagai rumah bersama
"Sering kali di industri batik, masyarakatnya banyak yang komplain terkait limbahnya. Saya juga pernah berkunjung ke perusahaan yang memproduksi singkong, limbahnya sangat banyak. Sementara di sini tidak ada limbah. Tidak ada sampah yang mencemari lingkungan, zero wash. Dan BNSP sedang gencar menyosialisasikan sertifikasi green productivity, lagi promosikan produk seperti ini," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kadin Institute Nurul Indah Susanti menyatakan, Kadin memiliki banyak UMKM binaan yang telah dilatih dan disertifikasi oleh Kadin Institute bekerja sama dengan BNSP.
"Pilihan kami jatuh pada Namira Ecoprint. Menurut kami UMKM ini layak dipromosikan karena komitmennya dalam menerapkan konsep ekonomi hijau serta keaktifannya dalam setiap kegiatan dan juga sertifikasi produk yang telah didapatkan," ungkap Nurul.
Apalagi produk Namira Ecoprint ini juga telah diakui di banyak negara. Ini dibuktikan saat Namira ikut Misi Dagang ke sejumlah negara, produknya selalu laris manis diborong oleh masyarakat di negara tersebut, di antaranya ke Jeddah Arab Saudi, Hong Kong, Malaysia dan Timur Leste.
"Semua mengakui kualitasnya dan efeknya mendapatkan order. Artinya, kualitas produk yang dihasilkan Namira Ecoprint, sudah lolos dan layak dibawa ke luar negeri. Inilah yang secara terus menerus dilakukan oleh Kadin Jatim di Wakil Ketua Umum Bidang UMKM dan Kadin Institute dari sisi pelatihan dan sertifikasinya," ujarnya.
Terlebih Namira Ecoprint juga memiliki komitmen mendukung revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi dengan menerima pemagangan sejak beberapa tahun yang lalu. Namira Ecoprint juga membuka kelas untuk Perguruan Tinggi agar mahasiswanya bisa kuliah praktik di tempatnya.
"Juga masyarakat sekitar sini, mereka diajari bagaimana membuat produk yang bernilai ekonomi tinggi," katanya.
Owner Namira Ecoprint Yayuk Eko Agustin dan suami Didik Edy Susilo mengatakan sangat senang karena sejauh ini Namira Ecoprint memang menaruh perhatian kepada produk ramah lingkungan.
Untuk pewarnaan, Namira Ecoprint menggunakan dedaunan yang sangat berlimpah di Indonesia. Mulai dari daun jati, daun pisang, daun mangga, daun eukaliptus, dan masih banyak lagi.
"Indonesia punya banyak tumbuh-tumbuhan yang ada butir hijau daunnya, seperti tanaman untuk jamu, semua bisa digunakan. Daun mangga pun bisa digunakan untuk pewarnaan. Dari alam untuk alam," kata Yayuk.
Dalam pengembangan, ia mengaku sangat banyak dibantu Kadin Jatim dan Kadin Institute, diajak Misi Dagang ke banyak negara seperti ke Malaysia dan Thailand.
"Artinya kami diberi tempat untuk berkembang karena isu ramah lingkungan sangat luar biasa. Dan saya adalah satu-satunya ecoprint yang mendapatkan sertifikasi dari PT. Mutu Internasional, lembaga verifikasi ekolabel swadeklarasi yang terdaftar di KLH karena bahan saya tidak ada yang dari kimia," kata dia.
Baca juga: Kadin Jatim tindak lanjuti tujuh tuntutan buruh saat "May Day"
Baca juga: Kadin gelar Jatim Halal Fest 2023 percepat pengembangan industri
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023
Tags: