Jokowi: 969 WNI berhasil dievakuasi dari Sudan
8 Mei 2023 15:34 WIB
Presiden Joko Widodo di salah satu lokasi penyelenggaraan KTT Ke-42 ASEAN di Hotel Meruorah Komodo Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (8/5/2023). ANTARA/Gilang Galiartha/aa.
Labuan Bajo (ANTARA) - Sebanyak 969 warga negara Indonesia (WNI) telah berhasil dievakuasi dari Sudan yang sedang dilanda konflik bersenjata, kata Presiden Joko Widodo di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin.
"Pemerintah telah berhasil mengevakuasi WNI dari Sudan. Per hari ini, jumlah WNI yang telah dievakuasi sebanyak 969 orang," kata Jokowi saat memberi keterangan pers di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Senin.
Jokowi menjelaskan bahwa dari jumlah tersebut, 936 di antaranya telah dipulangkan ke Indonesia dan 33 lainnya berada di lokasi yang aman di luar Sudan.
"Ke depan, perlindungan WNI akan terus kami tingkatkan dan kami perkuat," tambahnya.
Baca juga: UNHCR minta pemerintah tak kembalikan orang-orang ke Sudan
Angka yang disampaikan Jokowi itu bertambah dibandingkan data terakhir dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, menyebutkan 955 WNI dievakuasi dari Sudan, saat jumpa pers di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Jumat (5/5).
Saat itu, Retno juga melaporkan bahwa evakuasi dilakukan secara senyap untuk memastikan keselamatan dan keamanan WNI di tengah situasi di Sudan yang dapat mengancam keselamatan mereka.
"Karena semua menyangkut masalah safety and security dari WNI yang akan kami evakuasi, karena situasi setempat selalu sangat dinamis, sangat cair, dan dapat mengancam keselamatan para WNI," kata Retno.
Baca juga: Pemerintah pastikan layanan kesehatan WNI yang dievakuasi dari Sudan
Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) memastikan penyediaan layanan kesehatan terbaik bagi WNI yang dievakuasi dari Sudan.
Sudan dilanda konflik bersenjata sejak 15 April 2023, dipicu oleh pertempuran antara dua jenderal, yakni panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan komandan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Mohammed Hamdan "Hemedti" Dagalo. Kementerian Kesehatan Sudan menyatakan lebih dari 550 orang tewas akibat pertempuran tersebut.
Baca juga: Dua pihak bertikai di Sudan berunding di Arab Saudi hari ini
"Pemerintah telah berhasil mengevakuasi WNI dari Sudan. Per hari ini, jumlah WNI yang telah dievakuasi sebanyak 969 orang," kata Jokowi saat memberi keterangan pers di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Senin.
Jokowi menjelaskan bahwa dari jumlah tersebut, 936 di antaranya telah dipulangkan ke Indonesia dan 33 lainnya berada di lokasi yang aman di luar Sudan.
"Ke depan, perlindungan WNI akan terus kami tingkatkan dan kami perkuat," tambahnya.
Baca juga: UNHCR minta pemerintah tak kembalikan orang-orang ke Sudan
Angka yang disampaikan Jokowi itu bertambah dibandingkan data terakhir dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, menyebutkan 955 WNI dievakuasi dari Sudan, saat jumpa pers di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Jumat (5/5).
Saat itu, Retno juga melaporkan bahwa evakuasi dilakukan secara senyap untuk memastikan keselamatan dan keamanan WNI di tengah situasi di Sudan yang dapat mengancam keselamatan mereka.
"Karena semua menyangkut masalah safety and security dari WNI yang akan kami evakuasi, karena situasi setempat selalu sangat dinamis, sangat cair, dan dapat mengancam keselamatan para WNI," kata Retno.
Baca juga: Pemerintah pastikan layanan kesehatan WNI yang dievakuasi dari Sudan
Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) memastikan penyediaan layanan kesehatan terbaik bagi WNI yang dievakuasi dari Sudan.
Sudan dilanda konflik bersenjata sejak 15 April 2023, dipicu oleh pertempuran antara dua jenderal, yakni panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan komandan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Mohammed Hamdan "Hemedti" Dagalo. Kementerian Kesehatan Sudan menyatakan lebih dari 550 orang tewas akibat pertempuran tersebut.
Baca juga: Dua pihak bertikai di Sudan berunding di Arab Saudi hari ini
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023
Tags: