Pemprov Bali jajaki perluasan ekspor benih ikan bandeng ke China
8 Mei 2023 14:26 WIB
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali Putu Sumardiana diwawancarai wartawan di sela pertemuan Badan Pangan Dunia (FAO) terkait kesepakatan tindakan negara pelabuhan (PSMA) di Kuta, Bali, Senin (8/5/2023). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Kuta, Bali (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menjajaki perluasan ekspor benih ikan bandeng hidup atau nener ke sejumlah negara salah satunya China karena kapasitas produksi yang besar untuk memenuhi permintaan pasar internasional.
“Benih nener itu paling banyak diserap Filipina dan juga sekarang China yang sedang dijajaki perluasan ekspor,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali Putu Sumardiana di sela pertemuan Badan Pangan Dunia (FAO) terkait kesepakatan tindakan negara pelabuhan (PSMA) di Kuta, Bali, Senin.
Menurut dia, rata-rata ekspor benih ikan bandeng itu mencapai 2 juta ekor per hari yang salah satunya diserap negara Filipina.
Ada pun benih nener itu salah satunya dibudidayakan oleh sekitar 30 kelompok petani di Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali Utara.
Pihaknya tidak khawatir kehabisan stok benih nener karena kelompok masyarakat mampu memproduksi hingga puluhan miliar ekor nener dan terus berproduksi karena tidak tergantung musim.
Meski begitu ia mengharapkan ke depan ekspor ikan bandeng juga bisa ditingkatkan untuk menghasilkan nilai tambah lebih besar kepada masyarakat.
“Itu ekspor nener karena tergantung permintaan terhadap benih. Kalau menunggu jadi bandeng kan butuh waktu sedangkan petani butuh uang cepat tapi harapannya ke depan ekspor bandeng juga,” katanya.
Selama ini, lanjut dia, baik pembenihan hingga ekspor tidak mengalami kendala berarti karena didukung akses transportasi udara yang dilayani langsung ke sejumlah negara tujuan ekspor.
Sementara itu, berdasarkan data Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Balitbang KKP dalam jurnal pada 2015 menjelaskan kebutuhan benih sebagian besar diperoleh dari tempat penetasan (hatchery) skala besar dan skala kecil di Buleleng, Bali.
Ada pun penetasan skala besar sebanyak 176 unit dan skala kecil ada 4.500 unit dengan total produksi hingga 12 juta ekor nener per hari.
Ada pun total produksi dari Bali diperkirakan mencapai 4,32 miliar, dari total produksi nasional mencapai 4,7 miliar ekor.
Teknologi pembenihan bandeng di Tanah Air memungkinkan waktu pemeliharaan lebih cepat menjadi selama 17-18 hari dari awalnya 35-40 hari sehingga produksi nener menjadi semakin banyak.
Baca juga: Biak ekspor ikan tuna segar ke Jepang capai 70 ton
Baca juga: Sebanyak 1.233 ton ikan dari Pasaman Barat diekspor ke Malaysia
Baca juga: 1,2 juta benih ikan hias dari Yogyakarta diekspor perdana ke Filipina
“Benih nener itu paling banyak diserap Filipina dan juga sekarang China yang sedang dijajaki perluasan ekspor,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali Putu Sumardiana di sela pertemuan Badan Pangan Dunia (FAO) terkait kesepakatan tindakan negara pelabuhan (PSMA) di Kuta, Bali, Senin.
Menurut dia, rata-rata ekspor benih ikan bandeng itu mencapai 2 juta ekor per hari yang salah satunya diserap negara Filipina.
Ada pun benih nener itu salah satunya dibudidayakan oleh sekitar 30 kelompok petani di Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali Utara.
Pihaknya tidak khawatir kehabisan stok benih nener karena kelompok masyarakat mampu memproduksi hingga puluhan miliar ekor nener dan terus berproduksi karena tidak tergantung musim.
Meski begitu ia mengharapkan ke depan ekspor ikan bandeng juga bisa ditingkatkan untuk menghasilkan nilai tambah lebih besar kepada masyarakat.
“Itu ekspor nener karena tergantung permintaan terhadap benih. Kalau menunggu jadi bandeng kan butuh waktu sedangkan petani butuh uang cepat tapi harapannya ke depan ekspor bandeng juga,” katanya.
Selama ini, lanjut dia, baik pembenihan hingga ekspor tidak mengalami kendala berarti karena didukung akses transportasi udara yang dilayani langsung ke sejumlah negara tujuan ekspor.
Sementara itu, berdasarkan data Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Balitbang KKP dalam jurnal pada 2015 menjelaskan kebutuhan benih sebagian besar diperoleh dari tempat penetasan (hatchery) skala besar dan skala kecil di Buleleng, Bali.
Ada pun penetasan skala besar sebanyak 176 unit dan skala kecil ada 4.500 unit dengan total produksi hingga 12 juta ekor nener per hari.
Ada pun total produksi dari Bali diperkirakan mencapai 4,32 miliar, dari total produksi nasional mencapai 4,7 miliar ekor.
Teknologi pembenihan bandeng di Tanah Air memungkinkan waktu pemeliharaan lebih cepat menjadi selama 17-18 hari dari awalnya 35-40 hari sehingga produksi nener menjadi semakin banyak.
Baca juga: Biak ekspor ikan tuna segar ke Jepang capai 70 ton
Baca juga: Sebanyak 1.233 ton ikan dari Pasaman Barat diekspor ke Malaysia
Baca juga: 1,2 juta benih ikan hias dari Yogyakarta diekspor perdana ke Filipina
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: