ASEAN 2023
Orang utan Indonesia jadi perhatian ASEAN dan dunia
8 Mei 2023 11:04 WIB
Ilustrasi: Noa bayi Orang Utan (Pongo Pygmaeus) memakan buah stroberi saat diperlihatkan kepada pengunjung Gembira Loka Zoo di Umbulharjo, Yogyakarta,. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/rwa.
Medan (ANTARA) - Pendiri Yayasan Orang Utan Sumatera, Lestari Panut Hadisiswoyo, menyebutkan keberadaan orang utan di Indonesia sudah menjadi perhatian karena spesies kera besar ini diakui sebagai aset genetik yang penting bagi kelangsungan ekosistem hutan tropis.
"Sudah sejak lama sebenarnya orang utan menjadi perhatian dunia, karena keberadaannya yang memang penting bagi ekosistem hutan tropis. Masih sangat menjadi perhatian,' katanya di Medan, Sumatera Utara, Senin.
Orang utan Sumatera dan Orang utan Tapanuli menjadi perhatian dunia karena satwa yang dilindungi tersebut memiliki karisma tersendiri sebagai species yang banyak memiliki keunikan. Orang utan menjadi perhatian banyak ilmuan, namun populasinya terancam karena habitatnya yang semakin berkurang.
Berbagai hal menjadi penyebab terancamnya populasi orang utan, diantaranya habitatnya yang juga terus berkurang, perburuan, dan juga konflik dengan manusia dampak dari alih fungsi hutan menjadi perkebunan.
Baca juga: YKAN: Praktik pengelolaan hutan lestari tingkatkan populasi orang utan
Orang utan, lanjut dia, harus menjadi sentral perhatian, khususnya di kawasan ASEAN. Artinya, kata dia, hal ini harus bisa menjadi salah satu entri poin bagaimana mendapatkan dukungan dari dunia untuk perlindungan konservasi orang utan, terutama di kawasan ASEAN.
"Orang utan di Kalimantan saat ini sekitar 50 ribu, di Malaysia sekitar 5 ribu, di Kawasan Ekosistem Leuser sekitar 13,700, dan di Tapanuli sekitar 800 individu. Keberadaan mereka terus mengalami ancaman karena habitatnya terus berkurang, dampak aktivitas manusia yang membuka hutan untuk perkebunan dan pertambangan," katanya.
Menurut dia, komitmen pemerintah dan semua pihak sangat dibutuhkan agar keberadaan orang utan itu tetap lestari, diantaranya komitmen dalam pengelolaan kawasan hutan yang tersisa agar tetap memiliki fungsi bagi daya dukung populasi.
"Kita semua harus memahami bahwa ekosistem hutan tropis tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Skenario mengubah fungsi hutan akan sangat berdampak besar pada kelangsungan populasi orang utan yang tersisa. Program edukasi kepada masyarakat juga sangat penting bahwa kehidupan kita sangat terkait erat dengan ekosistem. Menyelamatkan orang utan, artinya kita menyelamatkan ekosistem," katanya.
Baca juga: Otorita IKN kembangkan pusat suaka orang utan di Kalimantan Timur
Baca juga: TWA Tanjung Keluang jadi lokasi baru konservasi orang utan Kalteng
"Sudah sejak lama sebenarnya orang utan menjadi perhatian dunia, karena keberadaannya yang memang penting bagi ekosistem hutan tropis. Masih sangat menjadi perhatian,' katanya di Medan, Sumatera Utara, Senin.
Orang utan Sumatera dan Orang utan Tapanuli menjadi perhatian dunia karena satwa yang dilindungi tersebut memiliki karisma tersendiri sebagai species yang banyak memiliki keunikan. Orang utan menjadi perhatian banyak ilmuan, namun populasinya terancam karena habitatnya yang semakin berkurang.
Berbagai hal menjadi penyebab terancamnya populasi orang utan, diantaranya habitatnya yang juga terus berkurang, perburuan, dan juga konflik dengan manusia dampak dari alih fungsi hutan menjadi perkebunan.
Baca juga: YKAN: Praktik pengelolaan hutan lestari tingkatkan populasi orang utan
Orang utan, lanjut dia, harus menjadi sentral perhatian, khususnya di kawasan ASEAN. Artinya, kata dia, hal ini harus bisa menjadi salah satu entri poin bagaimana mendapatkan dukungan dari dunia untuk perlindungan konservasi orang utan, terutama di kawasan ASEAN.
"Orang utan di Kalimantan saat ini sekitar 50 ribu, di Malaysia sekitar 5 ribu, di Kawasan Ekosistem Leuser sekitar 13,700, dan di Tapanuli sekitar 800 individu. Keberadaan mereka terus mengalami ancaman karena habitatnya terus berkurang, dampak aktivitas manusia yang membuka hutan untuk perkebunan dan pertambangan," katanya.
Menurut dia, komitmen pemerintah dan semua pihak sangat dibutuhkan agar keberadaan orang utan itu tetap lestari, diantaranya komitmen dalam pengelolaan kawasan hutan yang tersisa agar tetap memiliki fungsi bagi daya dukung populasi.
"Kita semua harus memahami bahwa ekosistem hutan tropis tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Skenario mengubah fungsi hutan akan sangat berdampak besar pada kelangsungan populasi orang utan yang tersisa. Program edukasi kepada masyarakat juga sangat penting bahwa kehidupan kita sangat terkait erat dengan ekosistem. Menyelamatkan orang utan, artinya kita menyelamatkan ekosistem," katanya.
Baca juga: Otorita IKN kembangkan pusat suaka orang utan di Kalimantan Timur
Baca juga: TWA Tanjung Keluang jadi lokasi baru konservasi orang utan Kalteng
Pewarta: Juraidi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023
Tags: