Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno L. P. Marsudi mengatakan Indonesia akan kembali melakukan komunikasi dengan pemangku kepentingan di Myanmar terkait bantuan kemanusiaan ke negara itu.

"Saya akan melakukan komunikasi lagi dengan stakeholders di Myanmar agar proses humanitarian assistance ini dapat dilakukan sesuai dengan pembicaraan yang sudah kita lakukan selama empat bulan ini," kata Menlu Retno dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan pemberian bantuan kemanusiaan tersebut merupakan bagian dari mandat Konsensus Lima Poin (5PC) yang disepakati ASEAN dan pimpinan junta militer Min Aung Hlaing sebagai rencana perdamaian untuk mengatasi krisis Myanmar.

Bantuan kemanusiaan tersebut dikoordinasikan oleh Sekjen ASEAN dan dijalankan oleh Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana (AHA Centre).

Terdapat dua tahap dalam pemberian bantuan kemanusiaan. Tahap pertama terkait dengan life saving, yang telah selesai dilakukan karena terkait dengan bantuan penanggulangan COVID-19.

Sementara pemberian bantuan tahap kedua yang terkait dengan life sustaining, kata Retno, sempat mengalami hambatan karena kurangnya akses bagi AHA Centre untuk menjangkau penduduk yang memerlukan, terutama di wilayah-wilayah yang berada di luar kontrol militer Myanmar.

Pemberian bantuan tersebut, kata Menlu, terus berproses, dan Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun ini akan terus memantau perkembangan dan melakukan komunikasi dengan AHA Centre sampai pada hari-hari terakhir menjelang KTT.

"Dan tentunya semua perkembangan akan dilaporkan di KTT ke-42 nanti," katanya.e

Sebelumnya, ketua organisasi riset dan advokasi masyarakat Myanmar Progressive Voice, Khin Ohmar, menilai AHA Centre tidak memiliki kapasitas untuk mengirimkan bantuan ke Myanmar.

Dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu, Khin mengatakan independesi AHA Centre dipertanyakan karena beberapa dewan pengurusnya merupakan bagian dari junta.

Menurut dia, bantuan yang selama ini dikirim melalui AHA Centre ke Myanmar justru disalurkan kepada militer.

“AHA Centre bertujuan untuk mengirim bantuan kemanusiaan yang disebabkan bencana alam. Sementara krisis Myanmar disebabkan bencana politik oleh manusia. AHA Centre tidak punya kapasitas untuk merespons konflik ini,” kata Khin.

Baca juga: Indonesia gunakan diplomasi senyap untuk bantu selesaikan isu Myanmar
Baca juga: Menlu China serukan percepatan koridor ekonomi dengan Myanmar