Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Yenny Wahid mengungkap adanya perbedaan penyelenggaraan Piala Dunia Panjat Tebing di edisi tahun lalu dan tahun ini.

Yenny Wahid mengatakan di edisi menjadi tuan rumah tahun ini, pihaknya lebih siap karena selain sudah lebih mengerti soal penyelenggaraan event, di edisi tahun ini juga hanya ada satu nomor (speed) yang diperlombakan sehingga persiapannya tidak seberat tahun lalu yang melombakan dua nomor (speed dan lead).

Hal ini dikatakan Yenny Wahid ketika ditemui awak media seusai menggelar konferensi pers jelang bergulirnya Federation of Sport Climbing (IFSC) Climbing World Cup edisi Jakarta 5-7 Mei di Restoran Pulau Dua, Jakarta Pusat, Jumat sore.

“Mungkin kalo tahun lalu jauh lebih heboh karena pertama kali, masih deg-degan, masih bingung seperti apa, jadi banyak stresnya,” kata Yenny.

“Untuk tahun ini sedikit bisa lebih santai karena kita sudah mengerti apa yang sudah dibutuhkan. Lalu juga kategorinya cuma satu hari ini, mungkin persiapannya juga lebih ringan lah,” lanjutnya.

IFSC Climbing World Cup Indonesia edisi pertama diselenggarakan pada 24-26 September 2022 di Sudirman Central Business Distrik (SCBD), Jakarta. Sementara itu, untuk edisi tahun ini, Indonesia menggunakan venue kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta pada 5-7 Mei.

Yenny mengatakan, alasan terkait perbedaan venue ini adalah karena terkait arahan bahwa semua penyelenggaraan olahraga kembali ke Stadion GBK.

“Tahun ini harus kembali kepada arahan awal yaitu semua pekan olahraga yang skalanya internasional harus kembali ke GBK,” ucap Yenny dalam konferensi persnya.

Lalu, dari segi jadwal, di edisi tahun ini jadwal pelaksanaan kualifikasi hingga final diselenggarakan pada malam hari, dilansir dari laman resmi IFSC.

Sementara itu, di edisi sebelumnya, jadwal pelaksanaan kualifikasi hingga final dimulai dari siang hari.

Yenny mengatakan, keputusan ini berdasarkan karena pihaknya menyesuaikan waktu berbeda-beda dari seluruh negara partisipan.

“Kalau kejuaraan dunia biasanya memang menyesuaikan timezone yang berbeda-beda,” ungkap Yenny.

Ditambahkan oleh IFSC Event Officer Alessandro Di Cato, pemilihan waktu pertandingan ini dipilih untuk memaksimalkan exposure yang didapat tuan rumah.

“Kira-kira kami selalu berusaha memberikan waktu ideal untuk semua. Kami juga memberikan kesempatan kepada negara tuan rumah untuk mendapatkan exposure secara maksimal acaranya,” kata Sandro dalam konferensi persnya.

“Kalau acaranya sehari selesai maka exposurenya berbeda dengan dua hari acara,” lanjutnya.

Adapun, di edisi tahun ini, Indonesia mengirimkan sebanyak 22 atletnya yang terbagi 12 atlet putra dan 10 atlet putri.


Baca juga: Yenny Wahid sebut China dan Amerika lawan terberat di IFSC World Cup
Baca juga: FPTI angkat tema kultural dalam Piala Dunia Panjat Tebing 2023
Baca juga: FPTI rampung mempersiapkan Piala Dunia Panjat Tebing 2023
Baca juga: Indonesia siap kembali jadi tuan rumah Piala Dunia Panjat Tebing 2023