Goa, India (ANTARA) - India, Rusia, dan Pakistan menyerukan perlindungan hak-hak perempuan Afghanistan, hampir dua tahun sejak kelompok Taliban merebut kekuasaan di Kabul.

Para menteri luar negeri ketiga negara tersebut bertemu dalam acara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di negara bagian resor pantai Goa, India, pada Jumat--tepat sebelum pertemuan akhir pekan mendatang antara menlu Pakistan, China, dan Afghanistan di Pakistan.

“Situasi yang sedang berlangsung di Afghanistan masih menjadi pusat perhatian kami. Upaya kita harus diarahkan pada kesejahteraan rakyat Afghanistan,” kata Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar.

"Prioritas langsung kami termasuk memberikan bantuan kemanusiaan, memastikan pemerintahan yang benar-benar inklusif dan representatif, memerangi terorisme dan perdagangan narkoba, serta melindungi hak-hak perempuan, anak-anak, dan minoritas," kata Jaishankar, menambahkan.

Tidak ada negara yang mengakui Taliban, yang mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, setelah pemberontakan selama 20 tahun melawan pasukan pimpinan AS.

Menlu Rusia Sergey Lavrov mengatakan Moskow mengharapkan kepemimpinan Taliban untuk memenuhi janji mereka untuk membentuk pemerintahan yang inklusif.

"Jaminan yang diberikan terkait hak asasi manusia, keamanan di wilayah Afghanistan, dan pemberantasan ancaman teroris, perdagangan narkoba, kami awasi ini," kata Lavrov.

Sementara Menlu Pakistan Bilawal Bhutto-Zardari mengatakan situasi di Afghanistan menghadirkan tantangan sekaligus peluang baru.

"Setelah menjadi 'arena bermain' bagi kekuatan besar, berkali-kali, kami berutang kepada rakyat Afghanistan untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu," kata dia.

"Komunitas internasional yang bersatu harus terus mendesak otoritas Afghanistan untuk mengadopsi prinsip-prinsip inklusivitas politik yang diterima secara universal, dan menghormati hak semua warga Afghanistan, termasuk hak anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan," tutur Bhutto-Zardari.

Kekhawatiran atas stabilitas Afghanistan muncul ketika negara itu berjuang dengan krisis ekonomi dan kemanusiaan di bawah pemerintahan Taliban.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan tentang kekurangan dukungan keuangan, dengan hanya 6 persen didanai dari 4,6 miliar dolar AS (sekitar Rp67,5 triliun) seruan kemanusiaannya untuk penduduk Afghanistan.

Taliban juga telah memperketat kendali atas akses perempuan ke kehidupan publik, termasuk melarang perempuan masuk universitas dan menutup sekolah menengah perempuan.

SCO adalah persatuan politik dan keamanan negara-negara yang mencakup sebagian besar Eurasia, termasuk China, India, Pakistan, dan Rusia--dan dipandang sebagai penyeimbang pengaruh Barat di Eurasia.

Pertemuan di Goa diharapkan dapat menyelesaikan perluasan kelompok untuk memasukkan Iran dan Belarusia.

Selain itu juga akan mempersiapkan landasan untuk KTT SCO di India pada Juli mendatang, yang diharapkan akan dihadiri oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.

Sumber: Reuters
Baca juga: Taliban: larangan perempuan bekerja adalah isu internal
Baca juga: DK PBB akan keluarkan resolusi kecam larangan Taliban pada perempuan
Baca juga: Tetangga Afghanistan serukan Taliban bertindak hormati hak perempuan