BPS: Tingkat Pengangguran Terbuka Sumut turun pada Februari 2023
5 Mei 2023 21:03 WIB
Gunawan selaku instruktur dari Sanggar Kreatif Bunga Matahari Binjai saat melakukan pelatihan kepada 20 orang pengangguran di Sibolga, Sumut yang mendapat pelatihan dengan bahan dasar bambu. ANTARA/HO
Medan (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) menyatakan bahwa pada Februari 2023 tingkat pengangguran terbuka di wilayahnya sebanyak 413 ribu orang (5,24 persen) dari 7,87 juta angkatan kerja, turun 0,23 persen poin atau sekitar 10 ribu orang dibandingkan Februari 2022.
"Saya rasa ini hal yang bagus," kata Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin dalam konferensi pers secara daring, diikuti di Medan, Jumat.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sumut pada Februari 2023 lebih rendah daripada TPT nasional bulan yang sama yakni 5,45 persen.
Akan tetapi, persentase itu menjadi terbesar keempat se-Pulau Sumatera setelah Provinsi Kepulauan Riau (7,61 persen), Sumatera Barat (5,90 persen), dan Aceh (5,75 persen).
Jika lebih dirinci, TPT Sumut pada Februari 2023 lebih banyak ada di perkotaan (6,78 persen), dibandingkan perdesaan (3,44 persen).
Selain itu, jumlah pengangguran berjenis kelamin laki-laki (5,65 persen) lebih tinggi daripada perempuan (4,64 persen).
Berkurangnya pengangguran di Sumut sejalan dengan naiknya jumlah penduduk yang bekerja menjadi 7,46 juta orang pada Februari 2023 atau 146 ribu orang lebih banyak kalau disandingkan dengan Februari 2022.
Jumlah angkatan kerja Sumut pun meningkat 136 ribu orang menjadi 7,87 juta pada Februari 2023 dan tingkat partisipasi angkatan kerja naik 0,15 persen poin.
Adapun sektor kerja yang mengalami peningkatan tenaga terbanyak pada Februari 2023 adalah perdagangan besar dan eceran serta reparasi dan perawatan mobil, sepeda motor yakni 141 ribu orang.
Dari 7,46 juta penduduk yang bekerja di Sumut pada Februari 2023, sebanyak 38,66 persen merupakan buruh atau karyawan/pegawai, lalu 18,37 persen berusaha sendiri, 16,07 persen pekerja keluarga, 15,24 persen berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar, 4,51 persen pekerja bebas nonpertanian, 3,72 persen berusaha dibantu buruh tetap, dan 3,43 persen pekerja bebas pertanian.
Secara umum, jumlah pekerja informal pada Februari 2023 yaitu 57,62 persen atau naik 3,25 persen dibandingkan bulan serupa tahun sebelumnya. Adapun pekerja formal 42,38 persen.
Dan dari semua penduduk bekerja itu, sebanyak 4,96 juta orang atau 66,47 persen di antaranya merupakan pekerja penuh (minimal 35 jam seminggu), meningkat dibandingkan Februari 2022 yaitu 62,90 persen.
BPS Sumut juga mencatat bahwa ada 220 ribu penduduk usia kerja di daerah mereka yang terdampak pandemi COVID-19.
Karena COVID-19, dari total itu, delapan ribu orang menjadi pengangguran, 13 ribu orang masuk kategori bukan angkatan kerja, seribu orang berubah status ke tidak bekerja dan 198 ribu orang mengalami pengurangan jam kerja.
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan Sumut surplus 393,82 juta dolar AS pada Maret
Baca juga: BPS: Daya beli masyarakat aman, Sumut alami deflasi Februari-Maret
"Saya rasa ini hal yang bagus," kata Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin dalam konferensi pers secara daring, diikuti di Medan, Jumat.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sumut pada Februari 2023 lebih rendah daripada TPT nasional bulan yang sama yakni 5,45 persen.
Akan tetapi, persentase itu menjadi terbesar keempat se-Pulau Sumatera setelah Provinsi Kepulauan Riau (7,61 persen), Sumatera Barat (5,90 persen), dan Aceh (5,75 persen).
Jika lebih dirinci, TPT Sumut pada Februari 2023 lebih banyak ada di perkotaan (6,78 persen), dibandingkan perdesaan (3,44 persen).
Selain itu, jumlah pengangguran berjenis kelamin laki-laki (5,65 persen) lebih tinggi daripada perempuan (4,64 persen).
Berkurangnya pengangguran di Sumut sejalan dengan naiknya jumlah penduduk yang bekerja menjadi 7,46 juta orang pada Februari 2023 atau 146 ribu orang lebih banyak kalau disandingkan dengan Februari 2022.
Jumlah angkatan kerja Sumut pun meningkat 136 ribu orang menjadi 7,87 juta pada Februari 2023 dan tingkat partisipasi angkatan kerja naik 0,15 persen poin.
Adapun sektor kerja yang mengalami peningkatan tenaga terbanyak pada Februari 2023 adalah perdagangan besar dan eceran serta reparasi dan perawatan mobil, sepeda motor yakni 141 ribu orang.
Dari 7,46 juta penduduk yang bekerja di Sumut pada Februari 2023, sebanyak 38,66 persen merupakan buruh atau karyawan/pegawai, lalu 18,37 persen berusaha sendiri, 16,07 persen pekerja keluarga, 15,24 persen berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar, 4,51 persen pekerja bebas nonpertanian, 3,72 persen berusaha dibantu buruh tetap, dan 3,43 persen pekerja bebas pertanian.
Secara umum, jumlah pekerja informal pada Februari 2023 yaitu 57,62 persen atau naik 3,25 persen dibandingkan bulan serupa tahun sebelumnya. Adapun pekerja formal 42,38 persen.
Dan dari semua penduduk bekerja itu, sebanyak 4,96 juta orang atau 66,47 persen di antaranya merupakan pekerja penuh (minimal 35 jam seminggu), meningkat dibandingkan Februari 2022 yaitu 62,90 persen.
BPS Sumut juga mencatat bahwa ada 220 ribu penduduk usia kerja di daerah mereka yang terdampak pandemi COVID-19.
Karena COVID-19, dari total itu, delapan ribu orang menjadi pengangguran, 13 ribu orang masuk kategori bukan angkatan kerja, seribu orang berubah status ke tidak bekerja dan 198 ribu orang mengalami pengurangan jam kerja.
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan Sumut surplus 393,82 juta dolar AS pada Maret
Baca juga: BPS: Daya beli masyarakat aman, Sumut alami deflasi Februari-Maret
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: