Sekolah RSBI sangat dibutuhkan
9 Januari 2013 21:41 WIB
Sejumlah siswi belajar di ruang kelas di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) SMP 1 Tangerang, Tangerang, Banten, Rabu (9/1). Mahkamah Konstitusi menimbang keberadaan RSBI dan SBI tidak sesuai dengan konstitusi yang ada sehingga harus dihapus dan penyelenggaraan satuan pendidikan berkurikulum internasional juga tak lagi diperbolehkan. (FOTO ANTARA/Muhammad Iqbal)
Palangka Raya, Kalimantan Tengah (ANTARA News) - Kehadiran Sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) masih sangat dibutuhkan tidak hanya bagi pelajar, guru, maupun kalangan Dinas Pendidikan di Kota Palangka Raya.
Salah seorang alumni RSBI SMA 2 Palangka Raya, Hariyani Wineni, mengatakan, apabila RSBI yang sudah berhasil membuat dia diterima sebagai mahasiswi di Universitas Indonesia dihapuskan, ia sangat menyayangkan, terlebih jika salah satu faktornya hanya karena ada persepsi biaya masuk RSBI begitu mahal.
"Apabila lantaran biaya yang mahal dan sampai dihapus, saya pikir tidak adil, karena tidak semua RSBI membebani siswa dengan uang pendidikan yang sangat mahal,"kata Wineni, di Palangka Raya,
Ia merasa sangat ada perbedaan yang cukup signifikan yang bisa diperoleh setelah bersekolah di RSBI, terbukti saat di universitas ia bisa bersaing dengan anak dari provinsi lain.
Ia berharap agar penghapusan RSBI dapat dibatalkan karena keberadaan RSBI sangat dibutuhkan baik dari program akademik dan non akademik sehingga bisa bersaing di bidang pendidikan.
Kepala RSBI SMA 2 Palangka Raya, Badahsari, menerima apabila ada keputusan penghapusan RSBI.
Akan tetapi ia tak memungkiri sangat menyayangkan, apalagi hanya lantaran masalah biaya. Ia menyatakan sekolah yang dipimpinnya tidak membebankan para siswanya dengan biaya yang besar malah hampir sama dengan sekolah biaya.
"Kalaupun dihapus, saya ingin ada bentuk atau model sekolah seperti RSBI agar dapat memacu kualitas anak didik, jangan sampai di Indonesia tidak mempunyai sekolah yang benar-benar mempunyai kualitas bagus," ucapnya. (*)
Salah seorang alumni RSBI SMA 2 Palangka Raya, Hariyani Wineni, mengatakan, apabila RSBI yang sudah berhasil membuat dia diterima sebagai mahasiswi di Universitas Indonesia dihapuskan, ia sangat menyayangkan, terlebih jika salah satu faktornya hanya karena ada persepsi biaya masuk RSBI begitu mahal.
"Apabila lantaran biaya yang mahal dan sampai dihapus, saya pikir tidak adil, karena tidak semua RSBI membebani siswa dengan uang pendidikan yang sangat mahal,"kata Wineni, di Palangka Raya,
Ia merasa sangat ada perbedaan yang cukup signifikan yang bisa diperoleh setelah bersekolah di RSBI, terbukti saat di universitas ia bisa bersaing dengan anak dari provinsi lain.
Ia berharap agar penghapusan RSBI dapat dibatalkan karena keberadaan RSBI sangat dibutuhkan baik dari program akademik dan non akademik sehingga bisa bersaing di bidang pendidikan.
Kepala RSBI SMA 2 Palangka Raya, Badahsari, menerima apabila ada keputusan penghapusan RSBI.
Akan tetapi ia tak memungkiri sangat menyayangkan, apalagi hanya lantaran masalah biaya. Ia menyatakan sekolah yang dipimpinnya tidak membebankan para siswanya dengan biaya yang besar malah hampir sama dengan sekolah biaya.
"Kalaupun dihapus, saya ingin ada bentuk atau model sekolah seperti RSBI agar dapat memacu kualitas anak didik, jangan sampai di Indonesia tidak mempunyai sekolah yang benar-benar mempunyai kualitas bagus," ucapnya. (*)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: