"Ini perdebatan klasik, itu juga karena perubahan amendemen konstitusi kita, yakni parpol mengusung capres," kata Aria Bima di Solo, Jumat.
Menurut dia, istilah petugas partai sudah diperdebatkan sejak Joko Widodo diusung oleh PDIP untuk menjadi presiden. Meski demikian, terbukti selama masa kepemimpinannya 70 persen publik puas dengan kinerja Presiden Jokowi.
"Jadi, apa salahnya, jadi petugas partai adalah istilah atau bahasa turunan dari konstitusi bahwa parpol mengusung capres," katanya.
Sebagai partai politik, PDIP selalu mengedepankan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menjunjung tinggi Pancasila, dan keadilan sosial.
"Ibaratnya petugas partai yang diwakafkan sebagai petugas bangsa. Enggak masalah," katanya.
Sebagai partai pengusung, kata dia, PDIP juga selalu mengawal berbagai macam kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Jokowi.
"Indonesia sentris, membangun dari pinggir, BBM satu harga, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Program Keluarga Harapan yang dahulu berasnya busuk menjadi bisa dibeli di bawah, itu ideologis, tugas yang dijalankan Presiden Jokowi," katanya.
Sektor lain, lanjut dia, yakni pembangunan infrastruktur tol, darat, laut, dan udara serta realisasi energi listrik 35.000 megawatt.
Bahkan, meski menjabat sebagai ketua umum partai, Megawati Soekarnoputri juga merupakan petugas partai.
"Megawati juga petugas partai yang dapat amanat kongres (sebagai Ketua Umum PDIP), yang dilegislatif kayak saya, dieksekutif kayak Jokowi," katanya.
Ia berpendapat bahwa akan berbahaya jika presiden bekerja semaunya sendiri dan tanpa arah ideologi dan tanpa mewujudkan keadilan sosial.
"Kemudian dia setuju Papua merdeka, setuju dengan penggunaan hukum yang bertentangan dengan Pancasila, enggak bisa dong. Itu akan dilakukan oleh Ganjar juga," katanya.
Baca juga: Pengamat: Pernyataan Mega soal petugas partai untuk "memagari" kader
Baca juga: Eni Maulani: Saya hanya petugas partai
Baca juga: Pengamat: Pernyataan Mega soal petugas partai untuk "memagari" kader
Baca juga: Eni Maulani: Saya hanya petugas partai