Plt Kepala BPS Papua Barat Johannis Lekatompessy di Manokwari, Papua Barat, Jumat, mengatakan capaian tersebut mengindikasikan adanya penguatan atau perbaikan kinerja perekonomian dibanding triwulan I 2022 yang terkontraksi 1,01 persen (yoy).
Menurut dia, produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp23,92 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan sebesar Rp16,028 triliun.
"Secara kuartal, ekonomi Papua Barat tumbuh 1,48 persen (q-to-q) dibanding triwulan IV 2022 yang 1,04 persen (q-to-q)," ujar Johannis.
Ia menjelaskan PDRB menurut lapangan usaha ditopang oleh pertumbuhan industri pengolahan 8,90 persen (yoy), akomodasi dan makan minum 8,89 persen (yoy), jasa lainnya 8,62 persen (yoy), pertambangan dan penggalian 6,73 persen (yoy), serta perdagangan 6,01 persen (yoy).
Kemudian, pengadaan air 5,68 persen (yoy), informasi dan komunikasi 5,41 persen (yoy), pengadaan listrik dan gas 5,16 (yoy), jasa perusahaan 5,15 persen (yoy), administrasi pemerintahan 4,54 persen (yoy), dan lapangan usaha lainnya.
"Hanya ada dua lapangan usaha yang terkontraksi yaitu konstruksi 11,43 persen (yoy) dan pertanian 7,34 persen," jelas dia.
Ia melanjutkan ada tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Papua Barat yaitu industri pengolahan 29,56 persen, pertambangan dan penggalian 18,98 persen, dan konstruksi 11,71 persen.
Namun, selama triwulan I 2023, kinerja lapangan usaha konstruksi mengalami kontraksi seiring proyek pembangunan Train 3 LNG Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni yang telah rampung.
Sementara, industri pengolahan tumbuh positif yang ditopang oleh peningkatan produksi LNG Tangguh dan berdampak terhadap kinerja pertambangan penggalian yang tumbuh karena produksi minyak gas (migas) meningkat.
"Selama triwulan I 2023, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,79 persen (yoy)," tutur dia.
Ia melanjutkan PDRB menurut komponen pengeluaran ditopang oleh pertumbuhan ekspor barang jasa 90,65 persen (yoy) karena permintaan luar negeri atas komoditas migas produksi meningkat signifikan.
Ekspor barang jasa merupakan sumber pertumbuhan tertinggi menurut komponen pengeluaran yang memengaruhi total ekspor Papua Barat pada triwulan I 2023.
Selanjutnya, konsumsi pemerintah baik bersumber dari APBN maupun APBD tumbuh 3,67 persen (yoy) dan menjadi salah satu penopang menggeliatkan perekonomian pascapandemi COVID-19.
"Sama halnya konsumsi rumah tangga yang juga tumbuh 2,69 persen (yoy)," ucap Johannis.
Ia menambahkan untuk PDRB di wilayah Maluku dan Papua, didominasi Provinsi Papua dengan kontribusi 53,17 persen, disusul Papua Barat 19,48 persen, Maluku Utara 16,20 persen, dan Maluku 11,15 persen.
Baca juga: BPS sebut ekonomi Papua tumbuh 8,97 persen di 2022
Baca juga: Ekonomi di Papua Barat 2022 tumbuh 2,01 persen
Baca juga: BPS: Penurunan harga transportasi picu deflasi Papua Barat 0,35 persen