Kupang (ANTARA) - Penanggung jawab Event Organizer (EO) Reswara yang menangani berbagai persiapan di Waterfront Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, melaporkan bahwa kebakaran di daerah itu karena cuaca yang panas di lokasi tersebut.
"Hanya ijuk yang terbakar di Waterfront Labuan Bajo, dikarenakan cuaca ekstrem," kata Penanggungjawab EO Reswara Alexander dalam keterangan yang diterima di Kupang, Jumat.
Pernyataan itu menanggapi video yang beredar berkaitan dengan terbakarnya atap salah satu panggung di Waterfront Labuan Bajo pada Kamis (4/5) siang kemarin.
Dia mengatakan bahwa dalam kebakaran itu tidak ada korban jiwa maupun kerugian materil. “Pekerja tidak ada yang terluka sama sekali dan tidak ada kerugian selain materi ijuk yang terbakar," ujarnya.
Para pekerja, menurut dia, tidak ada yang merokok maupun menggunakan elektronik. “Antisipasinya jika masih mau menggunakan ijuk, harus selalu dalam kondisi basah dan disiram,” terangnya.
Baca juga: Kemenparekraf dorong Waterfront sebagai ruang publik kegiatan kesenian
Alexander menjelaskan proses percobaan pemasangan ijuk di area panggung sisi kanan dan sisi kiri dilakukan pada pukul 13.00 WITA. Ada enam orang yang melakukan pekerjaan setelah rangka selesai dirangkai, sehingga hanya tinggal pemasangan ijuk.
“Kemudian pukul 14.50 WITA, muncul asap dan api di sisi kiri karena sengatan matahari. Karena posisi tinggi dan ditambah angin laut menyebabkan api cepat menjalar,” bebernya.
Dalam pemadaman kebakaran, dia menerangkan tidak membutuhkan bantuan pemadam kebakaran. Panitia hanya menggunakan empat unit APAR dan fasilitas lainnya.
“Pukul 15.10 - 15.20 WITA, keadaan sudah terkendali dan api sudah padam, clear up lokasi, tidak menjalar ke tempat lain maupun materi lain, rangka yang dipakai juga besi jadi aman struktur sudah dipastikan lagi,” ujar Alexander.
Baca juga: Waterfront Labuan Bajo konsep baru pengembangan destinasi
Cuaca panas disebut jadi penyebab kebakaran Waterfront Labuan Bajo
5 Mei 2023 11:24 WIB
Arsip. Waterfront Labuan Bajo. ANTARA/Fransiska Nuka
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023
Tags: