Epidemiolog prediksi COVID-19 memuncak hingga 5.000 kasus per hari
4 Mei 2023 21:09 WIB
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) Iwan Ariawan berpose usai menerima penghargaan PPKM Award 2023 di Jakarta, Senin (20/3/2023). (ANTARA/Andi Firdaus).
Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) Iwan Ariawan memperkirakan puncak kasus COVID-19 di Indonesia berlangsung dalam dua pekan ke depan mencapai 5.000 kasus per hari.
"Saya belum hitung secara rinci, tapi kemungkinan angka puncak bisa sampai 5.000 kasus per hari," kata Iwan Ariawan yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis malam.
Sesuai pengalaman pandemi pada beberapa tahun terakhir dan masa inkubasi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 selama dua pekan, kata Iwan, maka diperkirakan tren kenaikan kasus memuncak dua pekan ke depan.
"Kasus mulai naik dua pekan setelah libur panjang atau pergerakan orang secara masif. Puncaknya biasanya dua pekan lagi sejak kenaikan," katanya.
Baca juga: Cakupan vaksinasi COVID-19 dosis ketiga capai 37,87 persen
Baca juga: BUMN gelar vaksinasi booster gratis putus penularan COVID-19
Iwan yang kini tergabung dalam Tim Serologi Survei (Serosurvei) Antibodi FKM-UI mengatakan sejumlah faktor yang mempengaruhi kenaikan angka kasus di Indonesia saat ini adalah kemunculan varian baru Corona seperti Kraken maupun Arcturus.
Subvarian Omicron tersebut memiliki karakteristik yang lebih mudah menular, atau berkisar 1,7 kali lebih menular dari varian pendahulunya.
"Karena di Indonesia sudah tidak ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan ada pergerakan masyarakat yang masif melalui silaturahmi (lebaran). Memang sudah diduga akan ada kenaikan," katanya.
Namun, Iwan memastikan varian COVID-19 yang kini mendominasi di Indonesia memiliki kecenderungan gejala ringan dan kematian yang rendah.
"Kalau penularan masih bisa terjadi, karena vaksin dan antibodi dari riwayat tertular tidak sepenuhnya melindungi dari penularan, tapi melindungi dari gejala berat dan kematian," katanya.
Kementerian Kesehatan RI melaporkan penambahan jumlah kasus COVID-19 per 29 April 2023 mencapai 2.074 orang dalam sehari menandai kenaikan laju kasus, sebab menjadi yang tertinggi dalam kurun 10 bulan terakhir.
Kenaikan kasus juga terjadi pada angka positivity rate yang meningkat menjadi 14,76 persen. Sementara untuk tingkat keterisian Rumah Sakit atau Bed Occupacy Ratio (BOR) juga naik jadi 8,1 persen dari total 42.293 unit ketersediaan tempat tidur.
Dalam periode 1 hingga 3 Mei 2023 sebanyak 1.423 pasien COVID-19 dilaporkan meninggal di rumah sakit, hampir separuhnya belum divaksinasi.*
Baca juga: RSWN Semarang rawat 13 pasien COVID-19
Baca juga: Epidemiolog: Waspada tren peningkatan kasus COVID-19
"Saya belum hitung secara rinci, tapi kemungkinan angka puncak bisa sampai 5.000 kasus per hari," kata Iwan Ariawan yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis malam.
Sesuai pengalaman pandemi pada beberapa tahun terakhir dan masa inkubasi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 selama dua pekan, kata Iwan, maka diperkirakan tren kenaikan kasus memuncak dua pekan ke depan.
"Kasus mulai naik dua pekan setelah libur panjang atau pergerakan orang secara masif. Puncaknya biasanya dua pekan lagi sejak kenaikan," katanya.
Baca juga: Cakupan vaksinasi COVID-19 dosis ketiga capai 37,87 persen
Baca juga: BUMN gelar vaksinasi booster gratis putus penularan COVID-19
Iwan yang kini tergabung dalam Tim Serologi Survei (Serosurvei) Antibodi FKM-UI mengatakan sejumlah faktor yang mempengaruhi kenaikan angka kasus di Indonesia saat ini adalah kemunculan varian baru Corona seperti Kraken maupun Arcturus.
Subvarian Omicron tersebut memiliki karakteristik yang lebih mudah menular, atau berkisar 1,7 kali lebih menular dari varian pendahulunya.
"Karena di Indonesia sudah tidak ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan ada pergerakan masyarakat yang masif melalui silaturahmi (lebaran). Memang sudah diduga akan ada kenaikan," katanya.
Namun, Iwan memastikan varian COVID-19 yang kini mendominasi di Indonesia memiliki kecenderungan gejala ringan dan kematian yang rendah.
"Kalau penularan masih bisa terjadi, karena vaksin dan antibodi dari riwayat tertular tidak sepenuhnya melindungi dari penularan, tapi melindungi dari gejala berat dan kematian," katanya.
Kementerian Kesehatan RI melaporkan penambahan jumlah kasus COVID-19 per 29 April 2023 mencapai 2.074 orang dalam sehari menandai kenaikan laju kasus, sebab menjadi yang tertinggi dalam kurun 10 bulan terakhir.
Kenaikan kasus juga terjadi pada angka positivity rate yang meningkat menjadi 14,76 persen. Sementara untuk tingkat keterisian Rumah Sakit atau Bed Occupacy Ratio (BOR) juga naik jadi 8,1 persen dari total 42.293 unit ketersediaan tempat tidur.
Dalam periode 1 hingga 3 Mei 2023 sebanyak 1.423 pasien COVID-19 dilaporkan meninggal di rumah sakit, hampir separuhnya belum divaksinasi.*
Baca juga: RSWN Semarang rawat 13 pasien COVID-19
Baca juga: Epidemiolog: Waspada tren peningkatan kasus COVID-19
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023
Tags: